BLORA, wartajavaindo.com
Semua daerah atau desa punya cara nya sendiri dalam melaksanakan tradisi menyambut bulan Suro. Begitu pula desa Ngraho Kecamatan Gayam Bojonegoro Jatim ini punya cara tersendiri dalam mengungkapkan rasa bersyukur sama Sang Khaliq, (Allah) dan leluhur desa.
Rasa bersyukur atau syukuran desa Ngraho diungkapkan dengan sedekah bumi atau manganan istilah sekitaran Blora – Bojonegoro. Hal ini diadakan dua kali yaitu didukuh Ngraho kemaren hari kamis ( 20-7-23) ditempat punden Mbah Pung dan hari Jumat (21-7-23) di punden Mbah Gimbal dukuh Bringan.
Dalam sambutannya Kades Ngraho Muksin pada pembukaan kemaren mengucapkan rasa syukur karena desa nya yang selama ini gemah ripah loh jinawi dan damai selama Ia pimpin, serta berujar bahwa tasyakuran gak perlu mewah, sederhana namun khidmat.
Pembacaan doa dipimpin oleh H Moh. Fatah/pamangku masjid Baiturahman Ngraho. Acara tasyakuran atau manganan dihadiri selain kades dan pamengku masjid Baiturahman juga tokoh agama dan tokoh masyarakat serta perangkat desa. Tak ketinggalan juga Drs Towo Rahadi selaku sesepuh desa sekaligus juru kunci makam Eyang Suro Projo (Mbah Pung).
Kemudian hari Jumat nya sehabis sholat Jumat ( 21-7-23) siang diadakan di sarehan Mbah Gimbal (Imam Syahri). Menurut tokoh masyarakat desa atau sesepuh setempat beliau punya enam saudara termasuk Mbah pung yaitu Mbah Pung, Mbah gimbal, Mbah Sudu, Mbah Donan, Mbah Jajang dan Mbah Sabil (Minak Nangrung) yang paling sepuh adalah Mbah Jajang.
Mereka berasal dari kerajaan Pajang Jawa Tengah sesuai nama mereka kebanyakan dibuat nama desa tempat Meraka babat alas, kecuali Mbah Pung dan Mbah Gimbal sampai di Kalimati atau etan kali yaitu Dukuh Bringan dan dukuh Ngraho masuk Desa Ngraho Kecamatan Gayam, kala itu mereka dikejar kejar Belanda akhirnya sampai di dukuh Bringan.
( JKS )