SATU SURO, MOMEN SEJARAH SENDANG SURODILOGO PAGEREJO WONOSOBO

WONOSOBO, WARTAJAVAINDO.COM
Satu Suro 1953 bertepatan dengan 1 Muharram 1443 yang dianggap sebagai bulan Sakral yang dikeramatkan oleh sebagian umat di tanah Jawa.
Sendang Surodilogo terletak di lereng Gunung Sindoro tepatnya di atas Desa Pagerejo Kecamatan Kertek adalah salah satu tempat keramat yang memiliki nilai sejarah history yang sering dikunjungi wisatawan pecinta alam dari berbagai daerah setiap satu tahun sekali di bulan jawa yaitu pada 1 Suro.
Sendang Surodilogo sempat viral dan ramai dikunjungi para wisatawan pecinta alam dari berbagai daerah di Indonesia pada era 70 – 80an. Pengunjung yang datang melakukan ritual dengan cara berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa meminta keberkahan dan kesehatan. Selain itu mereka juga mengambil air sendang untuk wasilah penyembuhan berbagai macam penyakit.
Aman Nurodin salah satu sejarawan asal Wonosobo mengungkapkan, Sendang Surodilogo adalah nama mata air di lereng gunung Sindoro yang mengambil nama dari Raden Suro pengikut pangeran Diponegoro trah mataram abat 18 kisaran tahun 1825. Adapaun mata air tersebut menjadi tempat bersuci bagi Raden Suro dan pengikutnya.
“Pada zaman peperangan Diponegoro Raden Suro mengungsi di lereng sindoro beserta pengikutnya. Hingga saat ini Raden Suro tidak diketahui keberadaanya dan ditempat tersebut tidak ditemukan adanya makam Raden Suro,” ungkapnya, Kamis (12/8).
Ia menambahkan, Sendang Surodilogo memiliki luas sekitar 20 meter persegi dan sempat viral pada era 70-80 an. Untuk sampai lokasi tersebut jarak yang harus ditempuh pejalan kaki sekitar 6-8 kilo dari Desa Pagerejo Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, selain itu juga bisa menggunakan sepeda motor namun jalanya sedikit naik dan terjal.
“Meskipun tidak seramai dulu, setiap satu Suro Sendang tersebut selalu dikunjungi para wisatawan pecinta alam. Menurut saya, Sendang ini perlu dirawat, dilestarikan keberadaanya mengingat ada momen bersejarah Raden Suro pengikut Pangeran Diponegoro abad 18 tahun 1825,” pungkas Aman Nurodin. (tim media/Budi)
Editor Raja.