Walikota Blitar Terima Perwakilan UNESCO dan Investor Afrika di Rumah Dinas

BLITAR – WARTAJAVAINDO.
Perwakilan dari UNESCO dan investor dari Afrika disambut langsung oleh Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, S.H.I. (Mas Ibin), di rumah dinasnya.Selasa (17/6/2025)
Pertemuan penting ini melibatkan Prof. Jacobus Root, Vice President UNESCO WISDP Hong Kong, dan Mr. Nwaba Eugene Chineweokwu, Direktur Investasi untuk Afrika dan Asia Tenggara. Kunjungan mereka berfokus pada potensi kerja sama dalam upaya ekspor produk lokal unggulan Kota Blitar, yaitu batik dan kendang jimbe.
Penyambutan di rumah dinas Wali Kota ini dihadiri dari Kepala Dinas terkait Bappeda,Kominfotik,KPTSP,Disperindag,Tata Pemerintahan serta Tim Dewan Seni dan Budaya Kabupaten Blitar, menunjukkan komitmen serius Pemerintah Kota Blitar dalam menjajaki peluang pasar internasional, khususnya ke wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Acara diawali paparan dari Mr. Nwaba Eugene Chineweokwu, Direktur Investasi untuk Afrika dan Asia Tenggara mengenai kesamaan antara Africa dan Indonesia.
Meskipun Indonesia dan berbagai negara di Afrika memiliki jarak geografis yang jauh dan sejarah yang berbeda, ada beberapa kesamaan menarik dalam kebiasaan dan budaya masyarakatnya. Kesamaan ini seringkali berakar pada nilai-nilai komunal, tradisi leluhur, dan dampak sejarah kolonial.
Berikut adalah beberapa kesamaan kebiasaan masyarakat Afrika dan Indonesia:
1. Pentingnya Komunitas dan Kekeluargaan
Baik di Afrika maupun di Indonesia, nilai-nilai komunal dan kekeluargaan sangat kuat. Masyarakat cenderung hidup dalam ikatan keluarga besar, dan hubungan antaranggota keluarga serta tetangga sangat dihargai. Konsep “gotong royong” atau saling membantu, yang lazim di Indonesia, memiliki padanan di banyak budaya Afrika, di mana kebersamaan dan dukungan sosial adalah pilar utama kehidupan sehari-hari.
2. Penghormatan Terhadap Leluhur dan Orang Tua
Baik di Indonesia maupun di Afrika, terdapat penghormatan yang mendalam terhadap leluhur dan orang tua. Tradisi menghormati sesepuh dan menganggap mereka sebagai sumber kearifan dan bimbingan sangat umum. Praktik pemujaan leluhur atau tradisi yang melibatkan arwah leluhur juga dapat ditemukan di beberapa kelompok etnis di kedua wilayah.
3. Tradisi Berkaitan dengan Acara Penting (Misalnya Idul Fitri)
Dalam konteks masyarakat Muslim, tradisi Idul Fitri menunjukkan banyak kesamaan. Di Afrika dan Indonesia, Idul Fitri adalah momen untuk:
* Mengenakan pakaian baru dan saling mengunjungi sanak saudara.
* Saling memaafkan dan mempererat silaturahmi.
* Menyajikan hidangan manis dan kue-kue di rumah.
* Tradisi berbagi hadiah atau “THR” kepada anak-anak juga ditemukan di beberapa negara Afrika, mirip dengan kebiasaan di Indonesia.
4. Penggunaan Batik atau Kain Tradisional
Meskipun batik diakui sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia, beberapa negara di Afrika juga memiliki kain tradisional yang disebut “batik Afrika”. Proses pembuatannya memiliki kemiripan, yaitu dengan penggunaan lapisan warna. Motif dan gaya memang berbeda, namun adanya tradisi kain berlapis lilin ini menunjukkan kesamaan artistik dan budaya.
5. Kepercayaan akan Mitos dan Supranatural
Baik di Afrika maupun di Indonesia, kepercayaan akan takhayul dan hal-hal supranatural seperti hantu atau ilmu hitam masih cukup kuat di beberapa komunitas, meskipun modernisasi terus berkembang. Hal ini mencerminkan adanya dimensi spiritual yang mendalam dalam pandangan hidup masyarakat.
6. Pentingnya Nasi sebagai Makanan Pokok
Nasi adalah makanan pokok yang sentral dalam masakan di kedua benua, berbeda dengan di Eropa atau Amerika Utara. Ini menunjukkan kesamaan dalam pola konsumsi dan kebiasaan makan.
7. Pengaruh Kolonialisme dan Dualitas Bahasa
Kedua wilayah memiliki warisan kolonial yang mempengaruhi budaya dan bahasa mereka. Banyak negara di Afrika dan Indonesia memiliki dualitas bahasa, yaitu bahasa lokal dan bahasa kolonial (misalnya, bahasa Inggris, Prancis, atau Belanda di Afrika, dan bahasa Indonesia serta bahasa daerah di Indonesia).
Meskipun terdapat kesamaan ini, penting untuk diingat bahwa baik Afrika maupun Indonesia adalah wilayah yang sangat luas dengan keberagaman budaya dan etnis yang luar biasa. Kesamaan ini lebih merupakan benang merah yang menunjukkan adanya nilai-nilai universal atau interaksi historis, daripada generalisasi menyeluruh.
Walikota Blitar yang akrab dipanggil Mas Ibin merespon positif atas kunjungan Prof.Yacobus dan Mr.Eugene.”Saya mengucapkan terimakasih atas kedatangan di kota Blitar,saya berharap bisa kerjasama antara pemerintah kota Blitar dan UNESCO terkait bidang perdagangan,program program bersinergi.Sedikit banyak saya memahami bidang yang ditangani UNESCO,meneladani kembali Presiden Sukarno yang telah menjalin kerjasama dengan bangsa bangsa di Africa secara teknis saling menguntungkan mengenai produk produk di kota Blitar ataupun produk dari Afrika saling tukar menukar insya Allah saya sangat senang,siap dan berkelanjutan .”
Usai menyampaikan tanggapannya acara dilanjutkan foto bersama dan penyerahan dokumen proposal dari Prof.Yacobus kepada Walikota Blitar diakhiri Mas Ibin langsung melanjutkan kegiatannya dalam persiapan penyambutan kunjungan wakil presiden Gibran Rakabumi Raka ke Blitar.
Diharapkan, diskusi yang terjalin akan membuka jalan bagi produk-produk budaya dan kerajinan tangan khas Blitar untuk dikenal dan dinikmati di kancah global (Vol)
(Vola)