Suyoto Arminareka Perdana: Haji Lansia Harus Ada Pendamping

Tidak bisa ditawar, ini harus. Kalau tidak, maka resiko kematian akan sangat tinggi
TUNJUNGAN.WARTAJAVAINDO.COM :Pelaksanaan ibadah haji tahun 2023 telah usai. Pemberangkatan jamaahhaji ke tanah suci gelombang pertama telah dilaksanakan 23 Mei 2023, serta kepulangan jamaah haji gelombang kedua di tanah air 3 Agustus 2023.
Selama di tanah suci jamaah haji melakukan serangkaian ibadah yang cukup melelahkan secara fisik. Tak pelak banyak jamaah haji yang tidak kuat bahkan meninggal di tanah suci.

Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag) RI, jumlah jamaah yang meninggal mencapai 748 orang. Ini adalah yang terbesar dalam 7 kurun waktu terakhir musim haji.
Kasus meninggal didominasi oleh orang lanjut usia (lansia) dan orang yang memiliki resiko tinggi (risti). Masa tunggu yang lama, yang hampir 40 tahun, menyebabkan yang berangkat haji didominasi oleh para lansia. Maka resiko terhadap kematian menjadi tinggi.
Menejer Biro Umroh-Haji Arminareka Perdana, Suyoto, S.Pd ikut memberikan tanggapan atas banyaknya kasus kematian pada pelaksanaan haji tahun ini.
Menurutnya, para lansia seharusnya mendapatkan pendampingan. Pendamping ini bisa dari keluarganya atau petugas haji. Namun jumlah petugas haji yang terbatas, tidak akan mampu untuk mengurusi satu persatu lansia. Maka pihaknya menyarankan pendampingan paling maksimal dilakukan oleh keluarga lansia tersebut.
“Waktu di tanah suci masing-masing jamaah haji sibuk dengan dirinya sendiri, orang yang sudah umur 80 keatas akan kebingungan melakukan prosesi ibadah jika tidak ada yang mengurusi. Karena mengurusi dirinya sendiri sudah sulit,” papar Suyoto
Suyoto yang sudah puluhan tahun mengurusi perjalanan umroh di tanah suci mengerti sekali kesulitan jamaah terutama lansia saat di tanah suci. Dirinya yang hampir tiap tahun melakukan umroh ini biasa mengurusi para lansia di tanah suci saat melakukan prosesi ibadah.
Orang tua yang sudah pikun akan linglung (blank) ketika di tanah suci. “Ada yang bilang; aku mau pulang, aku mau ngarit, ini contohnya. Dan ini benar-benar terjadi,” jelasnya.
Apalagi saat musim haji, jamaah haji dari seluruh dunia banyak sekali. Prosesi thawaf 7 kali dan sa’i 7 kali adalah ibadah fisik yang membutuhkan kondisi tubuh yang fit. Hal yang sudah tidak dimiliki oleh para lansia. Maka menurut warga Kalangan ini, pendamping untuk jamaah haji lansia adalah keharusan.

“Tidak bisa ditawar, ini harus. Kalau tidak, maka resiko kematian akan sangat tinggi,” tandasnya.
Ikutkan Keluarganya
Sedangkan caranya adalah dengan mengikutkan salah keluarganya yang ada dalam masa tunggu. Misalnya ada jamaah haji umur 90 tahun dan waktunya berangkat. Biasanya ada anaknya atau adiknya yang juga mendaftar haji yang masih dalam masa tunggu. Maka salah satu dari mereka harus ikut diberangkatkan untuk mengurusi lansia 90 tahun ini.

Suyoto mencontohkan keluarganya, mbah Supadmi yang lahir tahun 1938, saat ini sudah menginjak usia 85 tahun dan menjadi calon jamaah haji yang akan berangkat tahun 2024. Keadaanya sudah tua, jalan sudah bungkuk. Di rumah lebih banyak duduk dari pada beraktivitas atau berjalan. Ini kalau tidak didampingi oleh keluarganya dalam melaksanakan ibadah haji, maka keluarga juga sangat kuatir terhadap keselamatannya.
“Harus ada salah satu keluarganya yang diikutkan berangkat,” jelas Suyoto. Kalau tidak, resiko kematian akan sangat tinggi. Dan itu yang dikhawatirkan keluarga saat ini. Untuk itu pihaknya benar-benar mengusulkan kepada Kemenag, agar tahun depan, jamaah haji lansia harus didampingi keluarganya.
Hal ini supaya lansia bisa beribadah dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Dan resiko tersesat atau hilang bahkan kematian bisa dihindarkan. (02)
Kontributor : Ahmad Noer & Sudarpo Said, Editor : Wido2.23