JEPARA – WARTAJAVAINDO
Sabtu 2021/10/2, Hari Literasi Internasional ini merupakan upaya untuk mengingatkan betapa pentingnya masyarakat untuk melek literasi dasar dan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk dapat melek aksara atau melek huruf. Sabtu 02/10/2021
Acara sedekah buku Di Desa Kepuk, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Di Hadiri Ketua Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa (YBKB) Rumah Belajar Ilalang, (RBI). Kepala Desa Kepuk ( Sawi. S.p.d.i). Bupati Di wakili dari dinas pariwisata ( Amin A ).
Dinas Pendidikan Jepara ( Agus Tri Harjono .S.H.M.M) dan berserta Tamu Undangan dan masyarakat Desa Kepuk, Kec Bangsri, Kab Jepara.
Dinas Pendidikan Jepara (Agus Tri Harjono. S.H. M.M) menyebutkan bahwa masih ada sekitar 773 juta anak muda dan orang dewasa di dunia yang belum melek huruf atau melek aksara. Beberapa negara di Afrika seperti Nigeria, Mali, dan Burkina Faso menempati angka penduduk yang melek aksara paling rendah di dunia, hanya sekitar 12,8 – 19,0 persen penduduknya yang dapat membaca dan menulis.
Padahal melek huruf ini amatlah penting dalam pembangunan dan perkembangan manusia dan sosial. Dengan literasi, manusia dapat mengembangkan kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru dan memperoleh kemampuan yang berbeda. Hal ini dapat meningkatkan standar hidup karena memiliki kemampuan atau keahlian baru.
Sayangnya, jumlah penduduk yang belum melek huruf di Indonesia masih ada. Diambil dari data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk yang buta huruf di Indonesia ada sekitar 2,96 orang atau 1,71 persen dari seluruh total penduduk Indonesia di tahun 2020. Hal ini masih menjadi PR bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Minimnya Literasi di Kota Literasi.
Jepara merupakan awal dari bangkitnya literasi di Indonesia yang diprakarsai oleh R.A. Kartini. Dimana pada tahun 1900, R.A. Kartini mengajarkan masyarakat di Jepara untuk membaca. Hal inilah yang membuat Jepara mendapat julukan sebagai Kota Literasi karena awal mula literasi ada di kota Jepara ini.
Tercatat di Bulan Oktober 2018, ada sekitar 7108 perpustakaan di Jepara. Bahkan di tahun 2018, Perpustakaan Kabupaten Jepara meraih predikat “ Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota terbaik di Indonesia.
Namun, ironisnya ternyata minat baca anak-anak di Jepara hanya ada di angka 1 persen. Hal ini sangat kontras dengan Jepara yang memiliki sebutan sebagai Kota Literasi.
Diambil dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ada berbagai faktor yang menyebabkan minimnya minat baca anak-anak di Indonesia pada umumnya dan Jepara pada khususnya salah satunya adalah kurangnya akses untuk membaca.
Kurangnya akses untuk membaca terjadi di Desa Kepuk, Jepara. Di mana anak-anak harus menempuh jarak belasan kilometer untuk menuju kota terdekat yang memiliki fasilitas perpustakaan karena minimnya taman baca di daerah tersebut.
Selain disebut sebagai Kota Literasi, desa Kepuk juga merupakan desa pewaris Kesenian Khas Jepara, yaitu Kesenian Emprak (embrio kesenian ketoprak yang saat ini hampir punah). Namun, sayangnya saat ini kesenian ini mulai ditinggalkan karena tidak ada generasi penerus yang melanjutkan kesenian tersebut.
Sedekah Buku Jepara: Menjaga Literasi, Merawat Tradisi
Sebagai bentuk ikhtiar untuk meningkatkan minat baca anak-anak dan masyarakat di Desa Kepuk, Kecamatan Bangsri, Kabupsten Jepara,” punkasnya pewarta (Badi).
Editor Raja.