SEMARANG – WARTA JAVAINDO. Sosok Imam Husein (as) disebut sebut dalam ungkapan Nabi, adalah penghulu para Pemuda ahli Surga, yang juga kelahirannya pun ditangisi oleh Nabi SAW. Jika lari nya Siti Hajar kesana kemari dalam rangka mencari air karena Nabi Ismail kehausan, dan diabadikan dalam Islam maka, apakah kita tidak boleh mengenang tragedi Karbala karena kehausan Al Imam Husein beserta keluarga dan para sahabatnya…?
Demikian cuplikan dari uraian sejarah tragedi Karbala yang disajikan oleh Ustadz Sayyid Ahmad Baraghbah. Menjalin ukhuwah Islamiyyah serta Ukhuwah antar umat beragama menjadi hal penting pada penyelenggaraan Asyuro kali ini, karena beberapa tokoh agama serta tokoh lintas agama juga turut diundang.
Begitulah ungkapan dari Novel Assegaf, ketua panitia pada peringatan Asyuro yang di selenggarakan di MAC Ballroom Jalan Majapahit 168 Semarang pada Selasa (16/7), bahwa pada acara kali ini sekitar 2500 pengunjung hadir dari berbagai kalangan dan di berbagai kota/Kabupaten di Jateng. ” Menegaskan serta memberikan bukti bahwa ajaran Ahlul Bayt ( keluarga Nabi ) tidak sebagaimana di narasikan di luar, yang cenderung mendiskreditkan bahkan negatif terhadap madzab kami yaitu madzab Ja’fari atau Ahlulbayt Nabi SAW,” ungkapnya.
Untuk kesekian kalinya Yayasan Nuruts Tsaqolain menyelenggarakan peringatan Asyuro ( 10 Muharam ), mengenang terbunuhnya Al Imam Husein (as) meski sering ada upaya penolakan dari kelompok intoleransi, namun acara tetep berjalan lancar,aman dari awal sampai akhir.
Asyuro kali ini mengambil tema Nilai Nilai Perjuangan Imam Husein (as) Sebagai Tauladan Manusia Dalam Membela Yang Tertindas. Dalam sambutannya Syarif Hidayatulloh selaku wakil dari Kemenag Kota Semarang mengatakan bahwa, perlunya menjaga iklim toleransi di kota Semarang dengan upaya mencegah aksi intoleransi dan tidak berprilaku diskriminatif kepada golongan apapun. Selain itu menegaskan juga bahwa Kota Semarang tidak pernah menyediakan “ruang” bagi kelompok intoleransi.
Sementara sambutan dari Yusuf selaku PJ Gubernur menandaskan bahwa perlunya meneladani Imam Husein dalam kehidupan kemanusiaan.
Yazid bin Muawiyah adalah sebuah Imperium atau negara besar, dengan ribuan pasukan, apakah bisa di sebut “berperang” ketika berhadapan dengan “rombongan” Imam Husein yang “hanya” berjumlah 70 orang terdiri dari keluarga Imam Husein,kerabat beserta para sahabatnya, tanpa ada sedikitpun persiapan untuk berperang. Suatu jumlah yang sangat tidak seimbang, meski demikian Imam Husein tidak gentar atau tunduk di hadapan ribuan pasukan tersebut. Karbala mendeskripsikan pertarungan antara Haq dan batil, antara keadilan dan kedzaliman.
Setiap hari kondisi di Palestina tiada yang melihat kecuali buta dan tiada yang mendengar kecuali tuli. Puluhan ribu masyarakat Palestina terbantai tanpa penolong, jutaan umat Islam kehilangan wibawanya, dan hanya para pecinta Imam Husein yang memiliki keberanian dan kesanggupan menghadapi kedzaliman yang diprakarsai Zionis Israel dan Amerika. Demikian di narasikan oleh Ustadz Miqdad Turkan selaku pembicara di acara Asyuro saat ini.
Tampak hadir pada acara kali ini tidak hanya di hadiri para pecinta Imam Husein di berbagai kota di Jawa tengah, namun juga dari unsur atau jajaran Pemkot, gubernur, Polda, FKUB Kota Semarang, kemenag Kota Semarang, forum dan tokoh lintas Agama, juga tokoh masyarakat dan masih banyak lagi.
–Pram–