Demak, Warta Javaindo.com- Dalam hal upaya meningkatkan mutu dan sumber daya manusia yang menjadi visi-misi sebuah negara berkembang seperti Indonesia ini, perlunya indikator hight quality performance untuk memberikan kualitas / kuantitas pelayanan yang mumpuni, berdaya saing market pada sebuah pelayanan jasa khususnya kesehatan.
Dengan program yang sudah dijalankan pihak management RSI NU Demak secara berkala, pada hari Senin 8 Februari 2021 pukul 09.00 WIB diadakan transfer of knowledge dengan tema Pelatihan Pemerataan Teori Praktik Dan Skill pada pasien yang akan dilakukan swab rapid antigen.
Di buka oleh Kabag Humas Siti Khoirul Umiyati, SKM “bahwa dengan adanya pelatihan ini kami selaku management akan mengupayakan dan mengembangkan disiplin ilmu dalam hal tatalaksana rapid antigen yang tepat dan benar, untuk mempermudah tracking, testing dan treatment pasien yang ada di IGD dalam hal pendiagnosaan tatalaksana Covid-19”.
Dipandu pemateri dr. Innike Priyanto H. Spesialis patologi klinis (Sp.PK) antusias peserta yang dihadiri oleh kepala instalasi IGD dr. Budi, kepala ruang IGD Ns. Murdoko, dr.Lusiana, dr. Mahasih dan perawat serta bidan yang bertugas di garda terdepan menikmati dan mencatat dengan cermat apa yang disampaikan oleh dokter spesialis yang juga praktik di RSI NU Demak ini.
“Pada dasarnya penatalaksanaan swab rapid antigen ini prinsipnya harus benar dan tepat, masuk melalui nasofaring atau oropharing dengan alat specimen collection swab yang menyentuh langsung lendir guna dilakukan testing di alat cassete”
Rapid test antigen lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi untuk deteksi virus corona. Rapid tes antigen bahkan diproyeksikan akan menggantikan rapid test antibodi sesuai anjuran pemerintah.
Kedua rapid test sama-sama menghasilkan hasil yang cepat dalam waktu kurang lebih 15 menit. Perbedaannya, rapid tes antigen mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, bukan mendeteksi antibodi tubuh terhadap penyakit Covid-19.
Oleh karena itu rapid tes antigen lebih akurat dibandingkan rapid tes antibodi. Sebab antibodi terkadang belum muncul di awal-awal seseorang terjangkit Covid-19, sehingga terjadi false negative (hasil negatif padahal sebetulnya pasien terinfeksi).
Namun dikatakan dokter berparas anggun ini “bagaimanapun juga hasil rapid antigen ini di jadikan banding dengan hasil uji rontgent thorax dan PCR swab dalam tatalaksana pendiagnosaan Covid-selanjutnya”, tegasnya.
Disampaikan diacara yang sama oleh drg.Ananta selaku manager medis “terimakasih atas kehadirannya, iya kita lakukan transfer ilmu, agar teman-teman sejawat selalu upgrade dalam disiplin pengetahuan, saya memberi inovasi bahwa petugas IGD adalah garda terdepan, harus bisa dalam segala aspek dinamika yang berjalan, semoga covid ini segera berlalu, vaksinasi berjalan lancar agar tatanan kesehatan, ekonomi, sosial bisa terjaga dengan harmonis” pungkasnya.
Para peserta yang dinyatakan sehat dan sudah divaksin tahap pertama (14 Januari 2021) yang mana nantinya akan tetap memberikan pelayanan prima demi derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Waftah
Editor: Raja