Pelabuhan Pariwisata Raja Ampat Pinggirkan Pelayanan Kepada Wisatawan Asing

0 0
Read Time:3 Minute, 28 Second

RAJA AMPAT PAPUA – WARTA JAVAINDO, Tataruang pelabuhannya aneh, lebih banyak ruang terbuka kosong tak bermanfaat, uang wisatawan saja yang diambil namun tidak ada pelayanan kepada wisatawan, UPTD yang melayani tamu-tamu dan penghasil PAD terbesar di Raja Ampat saja, dipindahkan ke bagian belakang pusat Culiner. Berikut laporan wartawan Warta Java Indo, dari pelabuhan Pariwisata Raja Ampat Falaya, 10 July 2024.

Jika anda bepergian ke Raja Ampat, anda akan dikenakan biaya tarif masuk atau PIN dengan harga yang berbeda untuk wisatawan Nusantara dan wisatawan manca negara. Wisatawan nusantara sebesar 500.000 dan wisatawan manca negara sebesar 1.000.000. PAD dari sector pariwisata sebesar 5 Milliar setelah pandemic Covid-19 tahun 2023.

Setelah tiba dari Sorong di Port of Waisai, sebelum berkunjung ke Objek Wisata, wisatawan harus berurusan dengan BLUD UPTD Pariwisata Raja Ampat yang berada di pelabuhan Falaya untuk membayar biaya masuk Raja Ampat atau Entrance Fee. Kebanyakan wisatawan asing lebih suka mengurus sendiri dan berhubungan langsung dengan petugas, ketimbang diurus oleh pemandu wisata atau tour operator.

Untuk sampai kesana, wisatawan harus menempuh 10 menit berjalan kaki dengan beban barang, setelah tiba di pelabuhan Falaya, mereka masih harus mencari cari dimana letak loket atau kantor BLUD UPTD Pariwisata untuk membayar PIN entrance fee Raja Ampat.

Lokasi BLUD sangat jauh di sudut pelabuhan pariwisata tepat di belakang pusat Culiner, sebuah resto yang baru dibangun dan menjorok ke dalam, wisatawan harus berjalan kaki lagi kesana untuk menyelesaikan kewajibannya, mereka tak langsung bersentuhan, tapi harus masuk ke dalam lagi, diperlukan waktu sekitar 5 menit.

Setelah dari BLUD UPTD barulah wisatawan kembali menuju dermaga dimana tersedia speedboat dan long boat untuk mengantarkan wisatawan hingga ke objek wisata yang dituju di pulau Waigeo maupun di pulau Batanta

Jika dilihat dari segi efisiensi waktu, sangat tidak baik bagi sebuah pelayanan pariwisata karena wisatawan asing yang berkunjung ke Raja Ampat, mereka telah menghabiskan waktu berhari-hari dan biaya sangat mahal sejak dari rumah ke Waisai, juga memiliki keterbatasan waktu berllibur, namun sampai di Waisai mereka masih harus mengorbankan waktunya lagi.

Industri pariwisata adalah industri jasa, jasa artinya adalah memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan sehingga mereka memliki kesan yang baik terhadap pariwisata Raja Ampat dan mau kembali serta memberitahukan kepada orang lain untuk datang ke Raja Ampat, tetapi sangat berbeda dengan pelabuhan Falaya.

Sebelumnya, BLUD UPTD Pariwisata berada tepat di depan dermaga speedboat dan dekat dari pelabuhan kapal Port Of Waisai ,namun posisinya telah digantikan oleh kios kios sebanyak 4 buah yang diharapkan setiap orang yang hendak ke dermaga bisa langsung membeli kebutuhan makan dan minum.

” Sangat disayangkan, pemerintah kabupaten Raja Ampat lebih mengutamakan kios dengan produk kue, rokok, mie instant dan kopi, ketimbang pelayanan kepada Wisatawan yang memberikan sumbangan terbesar bagi APBD Raja Ampat.

Jika diteliti lebih jauh, ada sebuah ruang besar yang kosong, disitu dibangun nama Raja Ampat yang hanya bisa dibaca dari udara, apakah semua wisatawan turun dari langit hingga bisa membaca tulisan Raja Ampat ?

Selain itu, ada pula ruang kosong sangat besar yang diduki pot bunga beserta 4 pondok kecil untuk bersantai yang sangat tidak layak untuk wisatawan yang jauh-jauh datang dari luar negeri dan perlu mengistirahatkan badan sejenak.

Dilihat dari perencanaan Site Plan pariwisata pelabuhan Falaya Waisai sangat tidak layak mendukung kepariwisataan Raja Ampat , Pelabuhan pariwisata Falaya lebih tepat untuk warga waisai bersantai sore namun tidak memberikan kontribusi terhadap PAD Raja Ampat, mungkin hal itu pula yang menjadi sorotan KPK RI.

Salah satu staf BLUD UPTD Pariwisata yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa kami disini hanya bekerja, apa yang sudah diatur, kami selalu siap melaksanakan dan menyesuaikan dengan apa yang sudah diperintahkan.

Katanya BLUD UPTD Pariwisata hanya sementara menunggu Port Of Waisai dibangun dan mereka akan pindah kesana, namun sudah masuk hitungan tahun. Yang jadi pertanyaan apakah wisatawan juga menunggu hingga pelabuhan selesai baru ke Raja Ampat ? Tentu tidak, mereka harus terus dilayani.

BLUD UPTD Pariwisata adalah sebuah badan khusus untuk menagih Entrnlance Fee dan menjadi Piring Makan kabupaten Raja Ampat tapi tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, bahkan disamakan penumpang kapal pada umunya beserta dengan jualan barang dagangan di pelabuhan, site plan pariwisata yang tidak memiliki sense of belonging and sense of responsibility, tidak ada rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pariwisata Raja Ampat . ( Salomo )

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *