Menyeduh Hangatnya Asa dari Secangkir Jahe di “Warung Sri Radja”

1 0
Read Time:3 Minute, 1 Second

SEMARANG, Wartajavaindo.com – Pagi itu, hawa dingin masih terasa menusuk kulit meski matahari mulai naik. Di sudut Pasar Modern BSB Mijen Semarang, tepatnya di blok LD 05 – LD 06, tampak antrean tak biasa di sebuah warung kecil yang sederhana. Warung itu milik Rachmad Santoso, 58 tahun, yang lebih dikenal dengan nama Pak San—pemilik Warung Jahe Rempah Sri Radja.

Warung ini bukan warung biasa. Aroma rempah yang kuat menyambut siapa pun yang mendekat, seolah mengantar tubuh dan pikiran menuju ketenangan. Di tengah gempuran minuman instan dan budaya ngopi modern, Sri Radja tampil beda: ia menjual warisan tradisi yang dikemas dalam gelas panas—minuman jahe rempah racikan tangan.

“Ini bukan sekadar jahe. Ini tentang meracik keseimbangan antara rasa, manfaat, dan niat yang tulus,” tutur Pak San sambil menumbuk jahe di lesung batu, suara deplokan-nya menjadi latar khas setiap pagi di lapaknya.

 

Menghangatkan Hari, Menguatkan Tubuh

Sejak mulai berjualan pada September 2024, warung ini telah menjadi magnet bagi para pencinta rempah. Aneka menu ditawarkan: jahe rempah spesial Sri Radja, jahe kencur, jahe temulawak, jahe ginseng, jahe susu, jahe kunir, hingga varian jahe njarem yang dipercaya mampu mengusir pegal-pegal. Semua diracik secara langsung, bukan diseduh dari bubuk kemasan.

Tak hanya warga lokal, pembeli datang dari berbagai daerah. Joko dari Semarang bawah dan Solihin dari Jakarta, misalnya, mengaku rutin datang ke sini setiap kali ke Semarang. “Selain nikmat, rempahnya komplit, dan yang paling penting bersih. Warungnya rapi, enak dilihat,” kata mereka hampir serempak.

Antusiasme tak surut meski Ramadhan tiba. Justru banyak pembeli yang memesan untuk dibawa pulang, dijadikan sajian berbuka. “Bulan puasa begini malah makin rame. Banyak yang pesen bungkus. Kadang antre sampai malam,” ujar Pak San.

 

Di Balik Gelas Panas, Ada Tangan yang Pegal dan Hati yang Tegar

Pak San bukan pengusaha kaya. Tapi ia adalah pekerja keras yang sabar. Tangan kanannya mengaku sering terasa ‘kemeng’ karena tiap hari menumbuk jahe secara manual demi menjaga cita rasa. Di akhir pekan, sang istri turut membantu karena pengunjung membludak.

“Kalau Sabtu-Minggu, istri ikut bantu. Di Pasmod ini pengunjung banyak banget. Saya bersyukur istri bisa luang waktu,” ujarnya.

Ia juga melayani pesanan ojek online dan buka cabang kedua di malam hari di Jamalsari timur, Kedungpane. Semua dilakukan nyaris tanpa istirahat panjang. “Saya cuma ingin pelanggan puas. Kalau mereka senang dan kembali lagi, itu cukup buat saya,” tambahnya.

 

Tradisi, Kesehatan, dan Harapan

Fenomena Warung Jahe Sri Radja tak bisa dilepaskan dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan secara alami. Sejak beredarnya tulisan ahli kesehatan tentang khasiat jahe sebagai peningkat imunitas, Pak San nyaris tak pernah kekurangan pelanggan.

“Rempah-rempah ini bukan barang baru, tapi orang baru sadar lagi bahwa khasiatnya nyata. Saya hanya menjaga agar kualitasnya konsisten,” tuturnya. Untuk itu, bahan baku didatangkan langsung dari petani di Salatiga, Boyolali, Temanggung, dan Semarang, dengan seleksi ketat.

 

Potensi Bisnis, Peluang Nasional

Melihat lonjakan minat, banyak pihak menilai usaha ini berpeluang dikembangkan menjadi produk nasional. “Kalau bisa dikemas dalam bentuk seduh instan tanpa menghilangkan kualitas, bisa masuk pasar modern. Bahkan bisa ekspor,” ujar Dini Retnowati, pelaku UMKM Semarang.

Dinas Koperasi dan UMKM Semarang kabarnya tengah menjajaki kerja sama untuk membantu legalitas, pelatihan kemasan, hingga sertifikasi BPOM dan halal bagi usaha-usaha seperti ini.

 

Lebih dari Sekadar Warung

Warung Jahe Rempah Sri Radja bukan sekadar tempat membeli minuman hangat. Ia adalah warisan pengetahuan lokal, praktik kesabaran, dan manifestasi dari kerja keras seorang pria yang tidak ingin sekadar berdagang, tetapi juga menjaga warisan.

Dari uap hangat yang mengepul di pagi hari, dari pegal di tangan kanan Pak San, dan dari senyum para pelanggan yang kembali, kita belajar: bahwa tradisi bisa menjadi masa depan—asal diseduh dengan kesungguhan. (Jok)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :