Masalah Pergaulan Anak Sekarang dalam Pendidikan Agama Islam.

0 0
Read Time:6 Minute, 4 Second

GROBOGAN – WARTA JAVAINDO, 

Oleh;Ahlun Nazar,S.Pd.

Pergaulan anak dan remaja di era modern menjadi salah satu perhatian utama dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Perubahan dalam dinamika sosial, perkembangan teknologi, dan globalisasi telah mengubah cara anak-anak dan remaja berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Mereka lebih mudah terhubung dengan berbagai budaya, ideologi, dan gaya hidup dari berbagai belahan dunia melalui internet dan media sosial. Hal ini memunculkan berbagai tantangan dalam menjaga pergaulan yang sehat dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak agar mampu bergaul secara positif dan tetap berada di jalur yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan, mengingat adanya pengaruh dari pergaulan yang tidak sejalan dengan norma agama. Dalam artikel ini, kita akan membahas masalah-masalah pergaulan anak zaman sekarang yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam, serta solusi yang dapat diimplementasikan untuk menjaga generasi muda tetap teguh pada ajaran Islam.

1. Pengaruh Pergaulan Bebas dan Hedonisme

Salah satu masalah utama dalam pergaulan anak dan remaja saat ini adalah pengaruh pergaulan bebas dan hedonisme. Pergaulan bebas sering kali mengabaikan batas-batas etika dan moral yang diajarkan dalam Islam, seperti interaksi antara laki-laki dan perempuan yang tidak sesuai dengan adab Islam. Fenomena seperti pacaran yang tidak sehat, pergaulan yang mengarah pada perbuatan maksiat, dan gaya hidup hedonis semakin marak di kalangan remaja.

Kecenderungan ini diperparah oleh pengaruh media sosial dan hiburan yang mempromosikan gaya hidup glamor dan materialistis. Tayangan-tayangan yang menampilkan kehidupan serba mewah, serta normalisasi perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, membuat anak-anak semakin sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Gaya hidup seperti ini tidak hanya menggerus nilai-nilai keagamaan, tetapi juga membentuk pola pikir yang menjauhkan anak-anak dari spiritualitas dan ibadah.

Dalam konteks pendidikan agama Islam, pergaulan bebas menjadi tantangan besar. Islam mengajarkan batasan-batasan yang jelas dalam interaksi sosial antara laki-laki dan perempuan, termasuk pentingnya menjaga pandangan, menutup aurat, serta menjaga kesucian diri. Namun, dengan maraknya pergaulan bebas, banyak remaja yang mulai mengabaikan aturan-aturan tersebut, karena dianggap ketinggalan zaman atau tidak relevan dengan perkembangan dunia modern.

2. Teknologi dan Media Sosial: Antara Manfaat dan Bahaya

Kemajuan teknologi, khususnya internet dan media sosial, telah membawa dampak besar dalam kehidupan anak-anak dan remaja. Di satu sisi, teknologi memberikan akses yang lebih luas terhadap pengetahuan, termasuk pengetahuan agama. Banyak situs web, video ceramah, dan aplikasi Islam yang membantu mereka dalam belajar agama. Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi tempat yang subur bagi pergaulan yang tidak sehat.

Media sosial memungkinkan anak-anak dan remaja untuk terhubung dengan teman-teman, baik yang dikenal secara langsung maupun yang tidak. Interaksi ini, meskipun memberikan manfaat dalam membangun jejaring sosial, sering kali membuka peluang bagi perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Konten negatif seperti cyberbullying, body shaming, hingga pornografi bisa dengan mudah diakses. Selain itu, fenomena “FOMO” (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan tren, juga memengaruhi perilaku anak-anak dalam bergaul. Mereka merasa harus selalu mengikuti apa yang sedang tren di media sosial, meskipun itu tidak sejalan dengan nilai-nilai agama.

Di sini, pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijak. Anak-anak harus diajarkan untuk memfilter informasi yang mereka terima, serta membedakan antara konten yang bermanfaat dan yang merusak. Guru-guru PAI perlu mengintegrasikan pendidikan digital dalam kurikulum, mengajarkan etika bermedia sosial sesuai dengan ajaran Islam, seperti menjaga akhlak dalam berkomentar, menghindari ghibah (menggunjing), dan memanfaatkan media sosial untuk kebaikan.

3. Krisis Identitas dan Pengaruh Budaya Asing

Globalisasi telah membawa masuk berbagai budaya asing yang kerap kali bertentangan dengan ajaran Islam. Anak-anak dan remaja sering kali mengalami krisis identitas ketika mereka harus memilih antara nilai-nilai agama yang diajarkan di rumah dan sekolah, dengan budaya populer yang mereka konsumsi dari media. Banyak dari mereka yang merasa bahwa mengikuti budaya populer adalah satu-satunya cara untuk diterima dalam pergaulan.

Sebagai contoh, tren dalam berpakaian, berbicara, atau berperilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sering kali dianggap sebagai hal yang “keren” di kalangan remaja. Fenomena ini menciptakan tekanan sosial bagi anak-anak Muslim, yang merasa terjebak antara keinginan untuk tetap mematuhi ajaran agama dan tuntutan untuk mengikuti tren agar diterima dalam kelompok pergaulan.

Pendidikan agama Islam harus mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga jati diri sebagai seorang Muslim di tengah arus globalisasi. Anak-anak perlu dibekali dengan keyakinan yang kuat bahwa menjadi Muslim bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan atau dikompromikan demi diterima dalam pergaulan. Mereka harus diajarkan bahwa Islam mengajarkan kehormatan, rasa percaya diri, dan identitas yang luhur, yang seharusnya menjadi kebanggaan, bukan beban.

4. Kurangnya Keteladanan dalam Lingkungan Sosial

Keteladanan atau role model sangat penting dalam membentuk perilaku anak-anak, terutama dalam hal pergaulan. Sayangnya, dalam banyak kasus, anak-anak tidak mendapatkan keteladanan yang baik dari lingkungan sekitar mereka. Baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat, mereka sering kali melihat perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti kebiasaan berbohong, mencontek, atau bahkan perilaku-perilaku yang lebih buruk seperti narkoba dan kekerasan.

Krisis keteladanan ini memperburuk masalah pergaulan anak-anak, karena mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat di sekitar mereka. Pendidikan agama Islam harus berperan dalam memberikan contoh-contoh nyata dari kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Guru, orang tua, dan pemimpin masyarakat harus berusaha menjadi teladan yang baik, menunjukkan bahwa menjalankan ajaran Islam bukanlah hal yang sulit atau ketinggalan zaman, tetapi justru relevan dan penting untuk membangun kehidupan yang berkualitas.

Solusi Mengatasi Masalah Pergaulan dalam Pendidikan Agama Islam

Penguatan Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak harus menjadi prioritas utama dalam pendidikan agama Islam. Anak-anak harus diajarkan tentang pentingnya memiliki akhlak yang baik dalam pergaulan, seperti jujur, sabar, menghormati orang lain, dan menjaga kesucian diri. Pendidikan akhlak ini tidak hanya diajarkan melalui teori, tetapi juga melalui praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pemanfaatan Teknologi untuk Dakwah Teknologi dan media sosial bisa menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang positif. Pendidikan agama harus mengajarkan anak-anak bagaimana menggunakan teknologi untuk dakwah, seperti membuat konten positif di media sosial, mengikuti akun-akun dakwah yang inspiratif, dan menyebarkan kebaikan melalui dunia maya.

Penguatan Peran Keluarga Keluarga memiliki peran penting dalam menjaga pergaulan anak-anak. Orang tua harus menjadi role model yang baik dan memberikan perhatian penuh terhadap dengan siapa anak-anak mereka bergaul. Mereka juga harus mengajarkan nilai-nilai Islam secara konsisten di rumah, serta membimbing anak-anak dalam menghadapi pengaruh buruk dari luar.

Penyediaan Lingkungan Pergaulan Islami Sekolah-sekolah Islam, masjid, dan organisasi keagamaan harus menyediakan lingkungan pergaulan yang Islami bagi anak-anak. Kegiatan-kegiatan seperti pengajian, kemah dakwah, atau kegiatan sosial keagamaan dapat membantu anak-anak membangun pergaulan yang positif dan sesuai dengan ajaran agama.

Pergaulan anak-anak dan remaja saat ini menghadapi berbagai tantangan besar yang dapat menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam. Pengaruh pergaulan bebas, teknologi, budaya asing, dan krisis keteladanan menjadi masalah utama yang perlu diatasi. Pendidikan agama Islam memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan bekal kepada generasi muda agar tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama di tengah arus modernisasi. Dengan pendekatan yang tepat, seperti penguatan pendidikan akhlak, pemanfaatan teknologi untuk dakwah, serta penguatan peran keluarga dan lingkungan sosial yang Islami, anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang beriman, bertaqwa, dan memiliki akhlak mulia dalam pergaulannya.

(Red)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *