Kalender Jawa Mententukan Warga Wonogiri Melaksanakan Hajatan Mantu “Keluarkan Biaya Segini”.

0 0
Read Time:2 Minute, 24 Second

WONOGIRI-WARTA JAVAINDO- Suasana warga wonogiri tampak hiruk pikuk di bulan Oktober 2024 menurut kalender jawa yang di otak atik oleh pujangga (berjonggo) merupakan bulan baik guna melakukan hajatan mantu sebagian warga wonogiri.

Terlihat hampir setiap desa dan jalan-jalan raya banyak di temui rombongan mobil mengangkut penumpang dengan berpakaian serba batik, itu pertanda rombongan akan menghadiri hajatan atau di sebut jagong ke tempat orang punya hajat mantu.

Awak media mengintip di salah satu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatisrono terlihat ramai calon pengantin (Capeng) mendaftarkan dan pemeriksaan untuk melanjutkan pernikahan di bulan oktober 2024 ini.

Sholeh seorang pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatisrono ,ia mengatakan bahwa pendaftaran hingga terlaksananya ijab qobul dalam waktu satu bulan oktober 2024 ini tidak kurang dari lima puluh pasangan pendaftar calon pengantin .

Kemudian itu dipastikan bahwa dari sekian calon pengantin tersebut bagi warga wonogiri melakukan hajatan mantu menurut adat orang jawa yang di anut dari nenek moyangnya kala itu. Maka tidak heran bagi warga wonogiri apabila menikahkan anaknya pasti dilakukan acara besar mantu menjadi momen penting baginya, ucap sholeh.

Selain Sholeh, menurut keterangan Suyatno salah satu tokoh penggiat dan uri -uri budaya jawa sekaligus pengikut budaya trah kasunanan surakarta hadiningrat, Suyatno mengatakan kalender jawa dari dua belas bulan yang sering digunakan dan sangat baik untuk hajatan mantu bagi warga Wonogiri ada jumlah bulan yang harus dipilih oleh pujangga (berjonggo) sesuai petung hari yang di tentukan, maka dari itu di bulan- bulan baik (menurut hitungan para pujangga itu ) sehingga warga wonogiri hampir serentak melaksanakan hajatan mantu.

Hajatan mantu warga Wonogiri masih menganut hitungan klenik oleh berjangga yang di percaya sebagai pengatur saat ijab qobul cara tradisi kuno yang masih di anggap sakral.

Sukir pujangga asal desa Tanggulangin menuturkan pada media saat di temui, memang benar, hajatan mantu trah budaya jawa harus tidak meninggalkan petung jawa yang di anut oleh warga, karena wilayah wonogiri masih menganut peta wilayah hitungan Keduwang.

Maka di bulan – bulan tertentulah yang di gunakan untuk kegiatan hajatan mantu bagi warga wonogiri, sehingga lumrah kalau bulan baik warga hiruk pikuk dengan kesibukan kegiatan sosial lingkungan menghadiri undangan hajatan.

Lantas Suwarjo mengatakan, hajatan mantu juga tidak sedikit biaya yang harus di keluarkan, yakni tidak kurang dari tujuh puluhan juta rupiah bahkan mencapai ratusan juta rupiah untuk biaya perjamuan tamu, sewa rumah kajang, hiburan dan lain -lain.

Warga wonogiri masih identik melakukan hajatan mantu di rumahnya masing- masing selama dua hingga tiga hari , sehingga semakin banyak biaya yang harus di tanggung. Kemudian warga lain Satiyem mengeluh disaat banyak hajatan atau jagongan.

“semakin banyak orang punya hajat saya terpaksa harus jual apa yang saya punya untuk jagong, karena saya malu sama tetangga seandainya tidak ikut lumrah tonggo teparo”.

Satiyem merasa keteteran ekonomi di saat tetangga banyak yang melaksanakan hajatan mantu .

“Apakah pemerintah tidak pernah mengadakan aturan tentang hajatan mantu dan grubyugan yang tertuang dalam peraturan desa (PERDES) menyoali pemborosan masyarakat”, keluh Satiyem. (No2t/team)

Editor Raja

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *