Kadis DKK Provinsi Jateng: “Hasil Lab Tidak Ada Bakteri Dalam Menu MBG yang Menyebabkan Keracunan Anak-anak di Banjaran Bangsri Jepara”

Wartajavaindo.com

JEPARA, 2/10/2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu program unggulan selain Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Namun di tengah realisasi program MBG, terdapat beberapa kasus keracunan siswa yang diduga akibat menyantap MBG tersebut.

Desakan untuk menghentikan program MBG pun terjadi di mana-mana. Narasi negatif tentang program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini menghiasi berbagai macam saluran media sosial. Tentu yang dihembuskan adalah kasus keracunan yang terjadi di beberapa tempat. Ada juga para para orang tua yang menolak anaknya untuk makan MBG, bahkan untuk menyentuhnya pun tidak diperbolehkan.

Tidak semua masyarakat menolak program MBG. Yang masih membutuhkan banyak. Para orang tua dan siswa yang senang dengan adanya program MBG pun tidak bisa diabaikan begitu saja. Fakta di lapangan menunjukan masih banyak anak-anak yang sangat membutuhkan program MBG. Banyak anak-anak yang tiap hari memang menunggu menu dari MBG.

Investigasi Secara Menyeluruh

Kasus keracunan di Jepara misalnya. Awalnya sebanyak 35 siswa di Banjaran Bangsri Kabupaten Jepara diduga keracunan setelah mereka menyantap MBG. Namun hal tersebut tidak terbukti setelah hasil Lab menunjukan tidak adanya bakteri yang terkandung di dalam menu MBG tersebut.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar saat dikonfirmasi, Selasa (30/9). “Hasil lab tidak ada bakteri dalam menu MBG yang menyebabkan keracunan anak-anak di Banjaran Bangsri Jepara,” kata Kadinkes Jateng, seperti dikutip dari DisKominfo Jepara.

Hal ini juga diperkuat oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang juga Wakil Bupati Jepara M Ibnu Hajar. “Jadi clear kalau dari sampel menu MBG hasilnya negatif. Secara logika sebenarnya juga bisa dinalar, dalam sehari menu untuk 3.554 dari 40 sekolah itu sama, tapi mengapa yang mengalami pusing, mual dan lemas mayoritas hanya dari SDN 1 Banjaran. Nah, mungkin saja anak-anak itu mengkonsumsi makanan lainnya kita kan juga tidak tahu,” ujarnya kepada media.

Jika menilik dari beberapa kasus keracunan MBG tentu kita harus fair dalam menanggapi kasus tersebut. Instruksi Presiden untuk mengevaluasi serta menginvestigasi secara keseluruhan patut disambut dengan baik. Langkah presiden tersebut patut diapresiasi, bukan kemudian megeneralisir semua permasalahan di dapur MBG sama. Karena pada prakteknya, ada pengelola dapur MBG yang memang tidak amanah, namun juga masih banyak yang amanah.

Human error juga bisa terjadi dari para pekerja MBG, mulai dari pencucian ompreng, pengolah masakan, hingga petugas pendistribusiannya. Pengawasan secara ketat harus dilakukan kepada seluruh karyawan MBG. Bagian cuci ompreng tidak boleh sembarangan, karena tempat masakan atau foodtrey yang berbahan stainless itu jika tidak benar-benar kering akan mengakibatkan masakan akan cepat basi. Karena akan terjadi kelembaban pada masakan tersebut, apalagi jika masakan tersebut dalam keadaan panas langsung dimasukan fooftrey.

Selanjutnya adalah kualitas masakan yang juga tidak kalah penting. Tim pemasak tidak boleh sembarangan dalam menentukan schedule, karena harus memproses untuk dua shift PAUD/TK/SD (distribusi pukul 07.00) dan SMP/SMA (distribusi pukul 09.00). Jika masakan diolah dalam satu waktu, misal ready pukul 04.00 pagi, maka potensi masakan basi akan terjadi saat pendistribusian untuk anak SMP dan SMA. Karena masakan akan dimakan pada pukul 11.00-12.00 siang.

MBG Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Tujuan program MBG juga salah satunya adalah untuk memberdayakan ekonomi masyarakat. Dengan berdirinya dapur-dapur MBG di setiap desa, dapat menyerap banyak tenaga kerja. Khususnya para ibu-ibu rumah tangga yang ikut membantu ekonomi keluarga di tengah perekonomian yang sedang lesu, otomatis perekonomian warga sekitar akan terbantu dengan adanya program ini. Belum lagi uang saku siswa akan berkurang jika sudah mendapatkan jatah MBG di sekolahannya.

Dapur MBG juga dapat digunakan sebagai tempat untuk memberdayakan para petani setempat. Kebutuhan bahan baku MBG setiap harinya berupa sayuran, telur, ikan air tawar, dapat dimanfaatkan oleh para petani yang mempunyai sawah untuk ditanami sayuran yang nantinya akan ikut menyuplai bahan baku MBG.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) juga salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto yang didorong untuk ikut mensukseskan dapur MBG. Dengan salah satu program ketahanan pangan (ketapang), BUMDES digelontor anggaran 20% dari dana desa (DD). BUMDES harus mampu mengfasilitasi para peternak ayam petelur, atau masyarakat yang konsen dalam budidaya ikan air tawar seperti lele, nila, hingga gurami.

Setiap kebijakan besar pasti ada tantangan. Setiap peristiwa dalam program MBG menjadi alrm perbaikan serta mendukung untuk investigasi secara menyeluruh. Standart mutu, distribusi dan pengawasa harus diperkuat. Bukan alasan untuk memberhentikan program MBG.

Edi P