Hiruk Pikuk Warga Wonogiri Hadapi Hajatan Mantu Semakin Mentradisi, Merogoh Ratusan Juta Biaya Dikeluarkan

WONOGIRI, WARTA JAVAINDO – Hajatan Mantu warga Wonogiri menjadi tradisi turun temurun peninggalan para pendahulu yang mungkin tidak bisa di tinggalkan oleh warga Wonogiri walaupun harus mengeluarkan biaya tinggi.
Hajatan mantu warga Wonogiri dinilai sangat mentradisi di kalangan masyarakat pada umumnya, padahal biaya hajatan mantu mencapai ratusan juta rupiah lebih yang harus dikeluarkan pra hingga pasca hajatan. Bambang Sudarto mengatakan pada wartajavaindo.com saat berbincang, “benar kata orang – orang yang melakukan hajatan mantu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit setelah saya melakukan hajad mantu anak saya”, pada Senin (14/ 4/2025).
Bambang Sudarto mengatakan bahwa biaya sejak satu bulan sebelum hajatan mulai dari cetak undangan, biaya transportasi pengedaran pada yang bersangkutan, biaya pembentukan panitia dan biaya munjung atau nonjok ( memberi nasi cething komplit lauk pauk ) pada saudara dan kerabat tidak kurang 500-an orang dengan jarak yang tidak ditentukan, itupun dia memilih hajatan di gedung, bukan di rumah sendiri karena bisa lebih irit tenaga dan waktu.
“Saya menyebarkan undangan 2500 selain keluarga dan tetangga dekat yang cukup dengan undangan lisan. Saya mencatat biaya sejak awal upyek -upyekan di rumah hingga hajatan dan pasca hajatan memang benar biaya yang harus saya tanggung lebih dari ratusan juta. Pesta saya menanggung biaya konsumsi besaran Rp 30.000 / porsi, lantas sewa dekorasi, sound sistem, dan hiburan campursari. Terinci pengeluaran untuk parogo mulai dari rokok, aqua dan akomodasi lain juga tidak sedikit nilainya”, sambung Bambang.
Terpisah Suyadi juga menuturkan bahwa dirinya juga habis menikahkan anaknya bulan lalu di rumah sendiri, beda dengan yang dilakukan Bambang . Hajatan mantu di rumah sendiri lebih besar biaya yang harus dikeluarkan pra sampai pasca. Setidaknya mulai dari sewa pembuatan rumah terob, dekorasi, sound sistem dan hiburan ditambah dengan tenaga atau parogo dapur, pramuladi dan lain-lain tidak kurang 70 an orang.
Suyadi mengatakan, memang benar agak irit hajatan mantu sewa gedung daripada di rumah sendiri, karena waktunya pun berbeda, di gedung satu hari kelar apabila hajatan mantu di rumah sendiri paling tidak dua hari dua malam, itupun terkadang molor waktu, namun demikian warga Wonogiri masih banyak yang memilih hajatan mantu di rumah sendiri daripada di gedung.
Informasi yang dihimpun WARTA JAVAINDO saat bulan baik warga Wonogiri setiap Desa pasti ada warga hajatan mantu, terlihat hilir mudik mobil mengangkut orang berpakaian serba batik pertanda akan menghadiri undangan hajatan, ada pula yang memakai pakaian jarik dan sanggul membuktikan ia masih uri -uri budaya jawa.
Semakin banyak warga melaksanakan hajatan mantu juga berdampak pada pengeluaran uang yang harus ditanggung oleh warga sekitar. Warni warga Kecamatan Jatiroto mengaku 9 kali menghadiri undangan hajatan dalam dua hari. “Sebetulnya saya juga mengeluh dengan pemborosan yang tidak terbendung saat hari baik musim hajatan mantu, terkadang saya kehabisan uang terpaksa menjual perhiasan hanya untuk kerukunan lingkungan atau umum tetangga”, kata Warni.
Memang apabila dilihat dari pandangan umum warga Wonogiri masih sangat kental dengan tradisi hajatan matu mewah dengan berbagai hiburan, diantaranya musik campursari yang baru ngehit saat ini, bahkan masih ada pula seni hiburan yang masih peka zaman seni Tayup yang berlaku membudaya di Wonogiri .
Wahyu warga Desa Purwoharjo Kecamatan Karangtengah mengatakan bahwa di desanya masih mentradisi budaya tayuban digelar ketika ada hajatan mantu ataupun hajatan lainya, akan tetapi seni Tayuban masih berlaku kental di Kabupaten Pacitan dibanding Kabupaten Wonogiri.
“Di Kabupaten Wonogiri berbicara tentang seni tayub terlihat jarang ditampilkan, beda dengan wilayah saya, dikarenakan masih bersinggungan dengan wilayah Kabupaten Pacitan yang masih kental dengan tradisi tarian tayub”, ucap Wahyu.
(Nandar.s)