JEPANG, WARTA JAVAINDO.C0M ; Jumlah muslim di Jepang, sebagai negara minoritas Islam, terus bertambah. Menurut data pada 2016, terdapat sekitar 120 ribu muslim dari luar negeri dan 10 ribu muslim Jepang yang tinggal di Negeri Sakura tersebut, menurut Waseda University. Tentu sekarang jumlahnya akan sudah bertambah banyak lagi.
Sebagian besar Muslim di Jepang tinggal di tiga wilayah metropolitan seperti area Tokyo, area Metropolitan Chukyo dan wilayah Kinki. Sejak awal 1990-an di Jepang terjadi peningkatan jumlah masjid yang dibangun di seluruh kepulauan Jepang, dari prefektur Okinawa hingga prefektur Hokkaido.
Selain untuk beribadah, masjid ini juga dapat digunakan untuk orang–orang yang ingin mengetahui pemahaman tentang Islam. Muslim-muslim di Jepang sudah banyak yang menetap dan berkeluarga. Hal ini menunjukkan peningkatan muslim secara turun temurun pada masa depan.
Kelompok muslim di Jepang ini, diharpakan bisa membantu menjembatani komunitas lokal dengan komunitas muslim atas keragaman latar belakang budaya yang dimiliki. Di Jepang ada banyak komunitas muslim, termasuk kelompok muslim dari Indonesia. Mereka itu merupakan perantauan Indonesia maupun para pelajar yang sedang melakukan studi disana.
Komunitas muslim tersebut termasuk Keluarga Masyarakat Islam Indonesiia (KMII), Organisasi Perkumpulan Keluarga Pasangan Muslim/Muslimah Indonesiia yang menikah dengan orang Jepang (FGA), dan yang ketiga, Perhimpunan Pelajar Indonesiia (PPI).
Setiap minggu di masing–masing wilayah, mereka selalu menggelar pengajian baik ibu–ibu maupun anak–anak dari keluarga muslim Indonesia. Selain pasangan muslim Indonesia, di Jepang juga banyak orang muslim dari berbagai negara yang menetap dan menikah dengan orang Jepang.
Perlu Interaksi
Profesor Hirofumi Tanada dari Waseda University dalam artikel berjudul Ever Growing Muslim Community in the World and Japan menulis, umat muslim yang tinggal di Jepang berasal dari beragam latar kebangsaan, suku, budaya, gaya hidup, pakaian dan lain sebagainya.
Beberapa muslim secara ketat mengikuti adat dan tradiri seperti salat dan puasa, sementara yang lain lebih bebas dengan tidak mengikutinya. Menurut Tanada, orang yang belum pernah bertemu atau berinteraksi dengan muslim mungkin akan salah paham dan muncul stereotip terhadap mereka.
“Untuk lebih memahami Islam dan muslim, perlu berinteraksi dengan mereka secara pribadi. Namun, karena mereka merupakan komunitas minoritas di Jepang, kesempatan itu jarang dilihat dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Tanada.
“Meskipun tidak mudah mengubah kesalahpahaman dan stereotip tentang komunitas muslim seperti yang digambarkan media, Tanda berharap orang-orang bisa mulai dengan menaruh minat pada mereka dan mengunjungi masjid-masjid yang terbuka untuk masyarakat umum,” katanya.
Tanada menulis, populasi muslim akan terus bertambah di Eropa dan Jepang. Akan tetapi pertumbuhannya bukan hanya karena imigran muslim. Di Inggris, setengah populasi muslim lahir dan besar di negara tersebut.
Muslim generasi kedua dan ketiga di Jepang akan menjadi “muslim hibrida” yang dihadapkan pada beragam latar budaya. Mereka akan menjadi orang-orang yang membantu menjembatani komunitas lokal dan komunitas muslim.
Hal yang sama diungkapkan Firman Budianto seorang Peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI yang sudah dua tahun tinggal di Jepang mengatakan hal serupa. Karena penganut Islam adalah minoritas, mereka hidup seperti di dunia sendiri di Negeri Matahari Terbit.
“Di sini, ada juga Muslim yang bekerja secara profesional. Karenanya, mereka mungkin bisa masuk ke masyarakat Jepang lebih luas, memperkenalkan konsep halal di tempat mereka bekerja. Tapi, bukan dalam konteks saling memengaruhi,” papar Firman.
“Islam di Jepang lebih bisa dilihat di komunitas atau individu karena negara notabene tak mengakui agama. Itu dijalankan terpisah bagi masing-masing orang. Jadi, tak ada libur Idul Fitri atau Natal seperti di Indonesia,” sambung Firman.
Jadi Mualaf
Sementara warga Indonesia yang tinggal di Jepang dan kini aktif mensyiarkan agama Islam di negeri matahari terbit itu H. Zulkifli Matondang mengatakan, dari hari-ke hari syiar Islam di negeri sakura berkembang pesat.
“Alhamdulillah hampir setiap hari dari Okaido sampai Okinawa, orang-orang Jepang masuk Islam. Marilah kita datang ke Jepang agar kita menjadi hasbab hidayah bagi orag-orang Jepang yang kita lihat”.terang H. Zulkifli.
H. Zulkifli yang juga merupakan staf perwakilan LPK Magita Jaya Perkasa di Jepang ini mengajak orang Indonesia ikut bersyiar Islam di Jepang.
“Jangan kita ambil ilmu dan Yen nya saja, tapi dakwahkan dan contohkan ahklak yang baik dan ikrom. Semoga Allah memberi hidayah buat orang-orang Jepang” pungkas H. Zulkifli Matondang. (01)
Pewarta : Zulkifli (Koresponden WJI Jepang) , Editor : Bangsar