18 Mei 2025

wartajavaindo.com

LUGAS | CEPAT | TERPERCAYA

Gus Haiz : Masalah Stunting Butuh Peran Keluarga

0 0
Read Time:2 Minute, 24 Second

 

JEPARA, wartajavaindo.com – Stanting telah menjadi isu nasional dan daerah saat ini. Penanganan stunting menjadi fokus perhatian pemerintah dalam pembangunan untuk menyongsong generasi emas 2045. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Jepara Haizul Ma’arif dalam dialog interaktif di Radio R-Lisa, Rabu malam (8/7/2022).

Haizul Ma’arif menyampaikan, bahwa data Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (DJPK Kemenkeu) Republik Indonesia dalam upaya penurunan stunting Kabupaten Jepara memperoleh predikat E. Hal itu tentu menjadi rapor merah sehingga perlu perhatian kita semua guna menurunkan angka stunting.

“Ini fakta ketika monitoring di lapangan, progam dari pemerintah dalam rangka suport peningkatan gizi pada balita dan ibu hamil perlu dukungan semua pihak terutama keluarga agar asupan gizi anak dalam program tersebut terserap dengan baik. Artinya untuk peningkatan gizi anak dibutuhkan peran keluarga dan dipastikan asupan gizi anak tercukupi sehingga tidak ada yang terbuang” Kata Haiz.

Dia menjelaskan kadang ditemukan kasus bantuan gizi anak masih menyisakan sisa. Konsumsi anak rendah sehingga bantuan tidak terserap dengan baik.

“Inikan sayang. Padahal kita sungguh2 ingin stunting teratasi. Untuk itu saya berharap para orang tua maupun masyarakat memanfaatkan bantuan ini dengan baik. Pastikan anak tercukupi asupan gizinya ” ujarnya.

Menurut Haiz kasus seperti ini sering ditemui saat monitoring. Peran masyarakat terutama keluarga sangat berpengaruh dalam upaya penanganan stunting di Jepara.

Ditambahkan Gus Haiz stunting juga erat kaitannya dengan pernikahan dini. Fakta mengatakan bahwa Kabupaten Jepara berada di peringkat dua se-Jawa Tengah. Oleh karena itu, perlu adanya penguatan kelembagaan terutama keluarga. Selain itu juga sosialisasi kepada masyarakat tentang regulasi batasan usia pernikahan. Dengan demikian dapat menekan tingginya angka pernikahan dini atau pernikahan anak di bawah umur yang dapat memicu stunting pada balita.

Sementara itu Kabid Keluarga Sejahtera Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3AP2KB) Jepara Hadi Sarwoko mengatakan, bahwasanya pemahaman masyarakat tentang stunting perlu ditingkatkan. “Karena kedepan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Anak menjadi rentan terhadap penyakit bahkan bisa sangat kronis. Pertumbuhan otak bisa terhambat yang dapat menurunkan kecerdasan anak” terangnya. Stunting pada anak bisa disebabkan faktor nutrisi saat berada dalam kandungan.

Dijelaskan Hadi progam pemerintah saat ini dalam penanganan stunting tidak hanya pada saat seribu hari kehamilan pertama melainkan di mulai dari 3 bulan sebelum menikah masyarakat sudah diedukasi dengan progam elektronik siap nikah dan hamil (elsimil) yang wajib dimiliki oleh calon pengantin.

“Disitu ada indikator – indikator dalam proses kehamilan. Untuk itu, perlu adanya upaya membangun prilaku kesadaran masyarakat terkait dengan pernikahan dini yang dapat memicu stunting pada balita,” kata Hadi

Dalam kesempatan tersebut Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3AP2KB) Jepara Muji Susanto mengatakan perlunya membangun kesadaran bersama tentang batas usia pernikahan. Ini penting sekali dipahami karena kedewasaan seseorang dalam perkawinan sangat menentukan kualitas sebuah keluarga. Dampak psikologis ibu dan bayi sangat rentan apabila pernikahan dini jadi dilaksanakan.

Ia menegaskan pihaknya tidak menolak tapi hanya menunda seusai dengan batasan umur yang telah ditentukan pemerintah.

EJohn/Raja

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *