SORONG – WARTA JAVAINDO, Kota Sorong sekarang tidak punya arena olahraga terbuka, tidak ada gedung kesenian dan sejumlah fasilitas untuk kegiatan prestasi, hal ini menyebakan anak-anak Sorong minim prestasi. Padahal sejak tahun 1976 sampai 2005, anak-anak Sorong banyak berprestasi di tingkat nasional dan internasional, kota Sorong memiliki masa-masa keemasan, “ kata Dr. Ferdinand Nyong Risamasu S.E, M.Sc, Agr “.
Sejumlah nama besar atlit dan seniman asal kota Sorong telah berkiprah di kancah nasional dan internasional, mereka mengharumkan nama Sorong, Tanah Papua bahkan Indonesia, dalam bidang olah raga dan seni.
Di bidang musik, tari dan seni suara sederet nama terukir ; David Rumagesang, vocalis dan peniup Saxapone band legendaris Black Brothers sejak tahun 1976, Edo Kondologit di bidang tarik suara, Funky Papua dibidang tari kreasi, Drum band dan tari yospan kontemporer yang mengisi peringatan HUT RI di Istana Merdeka Jakarta.
Pada seni bela diri Inkado, Samad Arobi, Ronald Ayawaila, Karim Inggraha dan Gusti bersaudara-Mohamad- Abidin dan Abu, langganan Sea Games dan Kejuaraan Dunia Karate SKI (Shotokan Karate International) di Jepang Tahun 1988, serta atlit Kempo lainnya di tingkat nasional.
Sementara John Kapisa, petinju Sorong kelas bantam, ditangannya medali Emas dan Perak menjadi langganan tetap, tak hanya PON dan Kejuaraan Tinju Nasional, even Internasional di Yunani pun diikutinya bersama Soni Arwam, Charles Yerisitouw dan Tepy Wanggai.
Tak ketinggalan pada Volley Ball ada nama Didi Subagia, Kadarusman, Sonny Tan dan Wasit Nus Pellupesy. Basket ball, ada Brampi Pelamonia, Sprint 100 meter ada Max Fonataba, dan cabang olarharaga perseorangan lainnya.
Dari semua cabang olah raga, Sepakbola yang menjadi permainan idola anak-anak Sorong, di bidang ini, anak-anak Sorong merajai persepakbolaan Indonesia. Sejumlah nama besar bertengker di Persipura, Perseman dan club-club besar sepakbola tanah air, bahkan menjadi starter Timnas Sepakbola Indonesia.
Di Persipura, ada Paul Torey, Yakobus Mobilala, Marthen Komendi, Yotam Fonataba, David Mayor, Ishak Fatari, Haji Mayor, Ortizan Sollosa dan Boas Sollosa, di Perseman Manokwari, ada Yonas Sawor.
Beredar di club-club bola nasional ; ada Decky Serio di Perkesa Mataram, Marthen Tao di Arema Malang, Wempi Sawor, Zeth Mofu, John Tenu dan Anis Rumpaisum mengikuti Yonas Sawor ke PKT Bontang. Marthinus Konjol di PKT, kemudian hijrah ke PSM Makasar bersama Ishak Fatari dan Ortizan Sollosa., Nehemia Sollosa di Bali, dan masih banyak lagi nama-nama yang belum disebutkan.
Nama Yonas Sawor, Ishak Fatari, Ortizan dan Boas Sollosa menjadi langganan Timnas Sepkabola Indonesia. Boas Theopilus Sollosa yang memulai debut internasionalnya lewat Piala Tiger 2004, menjadi supertar Indonesia yang kini menjadi legenda hidup.
Masa-masa keemasan anak-anak Sorong terbilang sampai pada Boas Sollosa tahun 2004, setelah itu, prestasi anak Sorong di bidang sepakbola nyaris tak ada regenerasi. Kemunculan Rikcy Kambuaya tahun 2021 di Timnas Indonesia, memberikan harapan baru, namun dia sebelumnya harus mencoba peruntungannya di Mojokerto Putra tahun 2017, baru kemudian melejit dari sana.
Tenggelamnya prestasi anak-anak Sorong ini diakibatkan berbagai masalah, baik pembinaan, fasilitas olahraga yang tidak memadai, ruang terbuka publik yang makin sempit, tidak adanya gedung kesenian untuk anak-anak mengekspresikan talentanya, serta faktor-faktor lainnya, GOR Sorong selama puluhan tahun tak pernah berubah.
Ruang terbuka Lapangan Hocky dan pantai yang menjadi pusat olah raga kini telah ditutup dengan stadion dan timbunan, anak-anak Sorong hanya bisa manfaatkan ujung tanjung dofior halte doom untuk mandi-mandi takkala sore hari maupun di waktu hujan.
Dr. Ferdinand Nyong Risamasu S.E, M.Sc,Agr, mantan pemain belakang Putra Yohan angkatan 84-87 yang sekarang menjadi Ketua Prodi S2 Ekonomi dan Bisnis UNCEN Jayapura , sangat menyayangkan redupnya prestasi anak-anak Sorong ditingkat Nasional dan Internasional.
Bagi Nyong, lapangan hocky dan pantainya memiliki kenangan yang sangat indah dan memiliki andil yang sangat besar terhadap kemajuan prestasi di bidang olah raga dan seni di Kota Sorong. Tidak ada lagi panggung tinju yang representatif seperti THR dulu, tidak ada gedung kesenian Sorong, yang sudah berubah menjadi rumah sakit mangkrak sehingga tidak memunculkan bibit-bibit muda berbakat, dan fasilitas olahraga lainnya.
Oleh sebab itu, Calon Profesor Universitas Cendrawasih Jayapura ini bertekad untuk mengembalikan masa-masa keemasan dan prestasi anak-anak Sorong di kancah Nasional dan Internasional di bidang Olahrga dan Seni.
Komisaris P.T.Irian Bhakti Papua yang juga Bakal Calon Walikota Sorong periode 2024-2029 ini mengatakan ; Jika saya menjadi Walikota Kota Sorong tahun 2024-2029, maka saya akan kembalikan ” Masa-Masa Keemasan dan Prestasi Anak – Anak Sorong “. dengan mendirikan Sorong Sport & Art Centre di pantai Lido Sorong.
( Jso )