Akhlak Generasi Z dan Alpha: “Tantangan di Era Digital dan Teladan dari Rasulullah SAW”.

3 0
Read Time:5 Minute, 50 Second

GROBOGAN – WARTA JAVAINDO, Dalam era yang semakin maju dan digital seperti saat ini, akhlak anak-anak Generasi Z dan Generasi Alpha menghadapi tantangan besar. Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sementara Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir setelah 2013. Keduanya tumbuh dengan teknologi yang terus berkembang, akses internet yang hampir tak terbatas, dan media sosial yang mendominasi kehidupan sehari-hari. Kondisi ini menciptakan situasi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, terutama dalam hal akhlak dan perilaku sosial.

Fenomena kemerosotan akhlak pada generasi muda ini sangat mencemaskan. Tindakan seperti kurangnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, maraknya ujaran kebencian di media sosial, serta meningkatnya angka bullying dan kekerasan di kalangan remaja menjadi potret krisis moral yang terjadi. Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, terutama dalam membina kembali akhlak yang baik sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Tantangan Akhlak di Era Digital

Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi kemerosotan akhlak pada generasi saat ini adalah kemudahan akses terhadap teknologi. Generasi Z dan Alpha menghabiskan banyak waktu di dunia maya, mulai dari bermain game, menonton video, hingga berselancar di media sosial. Meskipun teknologi dapat memberikan dampak positif, seperti mempermudah akses informasi dan pendidikan, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak negatif terhadap akhlak anak-anak.

Konten yang tidak mendidik, seperti kekerasan, pornografi, dan gaya hidup konsumtif, dengan mudah dapat diakses oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Media sosial juga sering menjadi tempat bagi anak-anak dan remaja untuk terlibat dalam perilaku buruk seperti cyberbullying, menyebarkan ujaran kebencian, atau bahkan mengejar popularitas dengan cara yang tidak sehat. Banyak dari mereka kehilangan kontrol atas perilaku mereka di dunia maya, yang pada gilirannya mempengaruhi interaksi sosial mereka di dunia nyata.

Dalam konteks ini, Rasulullah SAW telah memberikan pedoman yang sangat jelas tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sifat yang ditonjolkan oleh Rasulullah SAW adalah tawadhu’ atau rendah hati. Akhlak ini penting dalam dunia yang semakin individualis dan egois. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).

Sifat rendah hati ini sangat penting dalam mendidik anak-anak agar tidak mudah terbawa arus popularitas dan pencitraan diri di media sosial, yang sering kali menjadi pemicu sikap sombong dan kurang menghargai orang lain.

Merosotnya Akhlak dan Kehilangan Teladan

Kemerosotan akhlak pada Generasi Z dan Alpha juga dapat dilihat dari bagaimana mereka berinteraksi dengan orang tua dan guru. Rasa hormat yang dahulu menjadi nilai utama dalam budaya ketimuran kini semakin terkikis. Anak-anak dan remaja cenderung merasa lebih superior atau lebih pandai karena akses informasi yang mereka miliki melalui internet, sehingga mengurangi rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Dalam hal ini, pendidikan akhlak yang diberikan Rasulullah SAW sangat relevan.

Al-Qur’an dan hadis memberikan banyak teladan tentang pentingnya menghormati orang tua. Salah satunya dalam surah Al-Isra ayat 23:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra: 23).

Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk selalu menghormati dan berbuat baik kepada orang tua. Namun, nilai-nilai seperti ini sering kali diabaikan dalam kehidupan anak-anak di era digital yang lebih mementingkan kebebasan individu.

Selain itu, media sosial sering kali menjadi sarana bagi anak-anak untuk menyebarkan kebencian atau saling menghina. Hal ini sangat bertentangan dengan akhlak Rasulullah SAW yang selalu mengajarkan kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan pentingnya persaudaraan dan solidaritas antar sesama Muslim, nilai yang harus terus ditanamkan pada generasi muda agar mereka tidak mudah terjerumus dalam tindakan yang merusak hubungan sosial.

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk akhlak. Beliau dikenal dengan kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan kepeduliannya terhadap sesama. Sikap beliau yang lembut, penyayang, dan adil adalah cerminan akhlak yang harus kita tanamkan pada generasi muda.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an sendiri menyebutkan:

 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).

Kepemimpinan Rasulullah dalam hal akhlak tidak hanya terbatas pada keluarga dan sahabatnya, tetapi juga kepada seluruh umat manusia. Dalam konteks mendidik anak-anak Generasi Z dan Generasi Alpha, kita harus membekali mereka dengan nilai-nilai moral yang bersumber dari teladan Rasulullah SAW. Nilai-nilai tersebut mencakup:

Kejujuran (As-Sidq): Rasulullah SAW selalu jujur dalam perkataan dan perbuatannya. Anak-anak perlu dididik untuk selalu berkata dan bertindak dengan jujur, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia digital.

Tanggung Jawab (Amanah): Menjalankan tugas dengan baik adalah salah satu akhlak yang harus ditanamkan. Generasi muda harus diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial.

Kesabaran (Sabr): Dalam menghadapi tantangan hidup, Rasulullah SAW selalu bersikap sabar. Anak-anak perlu dilatih untuk bersabar dalam menghadapi masalah, baik masalah pribadi maupun sosial, agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh emosi sesaat.

Kasih Sayang (Rahmah): Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang, terutama terhadap anak-anak. Nilai kasih sayang perlu diperkuat dalam pendidikan, sehingga anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan tidak egois.

Menghormati Orang Lain (Tawadhu’): Salah satu karakter mulia Rasulullah adalah rendah hati dan selalu menghormati orang lain, baik tua maupun muda. Anak-anak perlu diajarkan untuk selalu menghormati orang tua, guru, dan sesama.

Mengembalikan Akhlak yang Mulia di Kalangan Generasi Muda

Dalam menghadapi tantangan di era digital ini, peran orang tua, pendidik, dan masyarakat sangat penting dalam membina akhlak generasi muda. Pendidikan akhlak tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak harus diajarkan tentang pentingnya kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan penghormatan kepada sesama.

Sekolah dan institusi pendidikan juga harus lebih menekankan pentingnya pendidikan karakter dan akhlak. Kurikulum pendidikan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan berakhlak mulia. Dalam proses ini, peran guru sebagai pendidik moral sangat penting.

Salah satu cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak-anak adalah dengan mengintegrasikan pelajaran tentang akhlak Rasulullah SAW ke dalam berbagai mata pelajaran. Melalui cerita-cerita tentang kehidupan Rasulullah, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya memiliki sikap yang baik, peduli terhadap sesama, dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT.

Kesimpulan

 

Generasi Z dan Generasi Alpha menghadapi tantangan yang berbeda dalam menjaga akhlak di era digital ini. Namun, dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW dan memperkuat pendidikan akhlak sejak dini, kita dapat membimbing mereka menjadi generasi yang berakhlak mulia. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam segala hal, dan tugas kita adalah menanamkan nilai-nilai luhur yang diajarkan beliau kepada anak-anak kita. Dengan demikian, generasi muda akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak baik, yang mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.

 

(Oleh: Somad Latif/ Guru PAIBP SMK Pembangunan Nasional Purwodadi)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *