Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI Melalui Metode Pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) Pada Kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung Semester 2 Tahun 2022/2023.

0 0
Read Time:16 Minute, 21 Second

GROBOGAN – WARTA JAVAINDO, 

Oleh : Muzzaki Mahfudz, Guru PAI, SMK YASEMI Karangrayung.

 

Abstrak

Muzzaki Mahfudz. 2022. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI melalui Metode

Pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas XI

Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023.

Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan Kualitas

Pembelajaran IPA melalui Metode Pembelajaran Student Teams Achievment

Divisions (STAD) pada Siswa Kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung

Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023. Penelitian ini dilakukan di Kelas XI

Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023.

Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu

Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI melalui Metode Pembelajaran Student

Teams Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI

Karangrayung Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023, dari bulan Januari sampai

bulan April 2022. Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah siswa Kelas XI

Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023

dengan jumlah 33 siswa. Perbaikan diadakan sebanyak 2 siklus. Masing – masing

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

observasi, dan tahap refleksi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

tindakan kelas (Classroom based action research) Hasil penelitian tindakan

sekolah dapat disimpulkan bahwa Kualitas Pembelajaran PAI melalui. Metode

Pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas XI

Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023

dapat meningkat, terbukti dari data kualitas belajar persentase ketuntasan

prasiklus 33%, meningkat menjadi 64% pada siklus I. Kemudian pada siklus II

persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 91%.

Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor

rata-rata 17,5 dengan kategori cukup dan 28 dengan kategori cukup. Pada siklus II

aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 23,5

dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 27,1 dengan ketegori baik.

Keterampilan guru pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 25 dengan

ketegori baik dan 28 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru

pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 31

dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 33 dengan

kategori sangat baik.

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran, Pembelajaran PAI, Pendekatan STAD

PENDAHULUAN.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa, “Pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”. Berdasarkan fungsi

Pendidikan Nasional di atas maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam

pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan

dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas.

Suharsi (2008), menyatakan bahwa pembelajaran yang monoton dengan pola konvensional banyak membosankan siswa sehingga sangat diperlukan inovasi pembelajaran dan salah upayanya adalah pembelajaran aktif. Jika siswa menjadi tidak aktif dan kurang berpartisipasi didalam pembelajaran dapat mengakibatkan, banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran secara tuntas, meskipun sudah dinyatakan lulus dari kompetensi dasar. Pembaharuan pembelajaran yang sedang banyak diupayakan melahirkan model-model pembelajaran, yang diyakini merupakan solusi bagi masalah pembelajaran.

Sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat dan semua tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

Sesuai Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Kompetensi Inti,

kompetensi inti 3 (Pengetahuan) untuk kelas IV adalah: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

Sedangkan Kompetensi Inti 4 (keterampilan) yaitu: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Tujuan mata pelajaran PAI di SMK ialah agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan; keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep PAI yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanyan hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA dengan lingkungan teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan PAI sebagai dasar.

PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa, “Pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.

Berdasarkan fungsi Pendidikan Nasional di atas maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas.

Suharsi (2008), menyatakan bahwa pembelajaran yang monoton dengan
pola konvensional banyak membosankan siswa sehingga sangat diperlukan
inovasi pembelajaran dan salah upayanya adalah pembelajaran aktif. Jika siswa
menjadi tidak aktif dan kurang berpartisipasi didalam pembelajaran dapat
mengakibatkan, banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran secara
tuntas, meskipun sudah dinyatakan lulus dari kompetensi dasar.

Pembaharuan pembelajaran yang sedang banyak diupayakan melahirkan model-model pembelajaran, yang diyakini merupakan solusi bagi masalah pembelajaran.
Sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat dan semua tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik.

Sesuai Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Kompetensi Inti, kompetensi inti 3 (Pengetahuan) untuk kelas IV adalah: Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

Sedangkap Kompetensi Inti 4
(keterampilan) yaitu: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Tujuan mata pelajaran PAI di SMK ialah agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan; keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep PAI yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanyan hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA dengan lingkungan teknologi dan masyarakat;
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan memperoleh bekalpengetahuan, konsep dan keterampilan PAI sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau Mts.

Pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat mencapai tujuan pembelajaran (Uno Hamzah, 2007). Sedangkan berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPA, Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPA. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran.

Hal tersebut juga dijumpai di SD kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung.. Berdasarkan hasil observasi pada semester 2 tahun pelajaran 2022/2023, dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, siswa sulit memahami materi yang ada. Kendala yang terjadi adalah siswa merasa bosan, siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran PAI. Hal ini terjadi karena guru kurang kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode konvensional tanpa menggunakan media ataupun alat peraga, pembelajaran bersifat satu arah yaitu dari guru ke siswa, tidak ada interaksi antara guru dan siswa dan monoton. Disini guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sumber belajar yang jauh dari kata memadai. Dan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI sangat rendah.

Dari hasil observasi pada siswa kelas kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung.hasil nilai ulangan harian tergolong rendah, ditunjukkan dengan data, dari 36 siswa hanya 11 siswa (30,56%) yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan sisanya 25 siswa (69,44%) nilainya dibawah KKM. Ditambah dengan hasil wawancara pada siswa didapat hasil bahwa masih banyak siswa yang tidak memahami materi PAI.

Kualitas belajar PAI siswa yang sangat rendah merupakan permasalahan yang sangat serius dan harus segera diatasi. Proses belajar PAI harusnya berlangsung mengasyikan dan dalam suasana gembira, sehingga jalan masuk untuk ilmu pemgetahuan akan terbuka lebar dan tersimpan dengan baik. Tentunya guru mempunyai peran besar dalam menyelenggarakan suasana belajar, karena guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran, guru harus menggunakan media yang sesuai, memilih metode yang tepat dalam memecahkan masalah belajar pada siswa. Guru juga harus mampu mencapai tujuan pembelajaran sehingga kualitas belajar PAI pada siswa akan meningkat dan mencapai ketuntasan KKM.

Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan, peneliti menetapkan alternatif tindakan yang tepat untuk meningkatkan kulaitas pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI. Alternatif Tindakan yang dipilih adalah dengan penerapan STAD (Student Teams-Achievement Divisions).

Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008: 1) “Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as their own” yang berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian kualitas belajar secara individu maupun kelompok”. Sehingga prestasi belajar dapat lebih meningkat.Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Dengan menggunakan kooperatif tipe STAD guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang menunjang kegiatan siswa untuk mencari tahu tentang alam secara sistematik dan dapat membangun pemikiran ilmiah baru.Melalui model koopertif tipe STAD ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas belajar. Student Teams-Achievement Divisions (STAD) diharapkan mampu memecahkan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ngroto Kecamatan Gubug.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Metode Pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas kelas XI Akuntansi 1 SMK YASEMI Karangrayung. Semester 2 Tahun Pelajaran 2023/2024

 

LANDASAN TEORI.

Kualitas Pembelajaran.

Kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni dalam Setiyono:2008). Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins dalam Setiyono:2008). Kualitas merupakan ukuran tinggi rendahnya kelayakan atau derajat sesuatu. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins dalam Setiyono:2008).

Simpulan dari beberapa pendapat ahli diatas adalah bahwa kualitas pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berlangsung secara efektif sehingga mendapatkan hasil sesuai tujuan yang diharapkan. Suatu pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya.

Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari perilaku guru, perilaku siswa, dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, dan media pembelajaran. Dalam hal ini, hanya perilaku guru yang berupa keterampilan dasar mengajar, perilaku siswa yang berupa aktivitas siswa, dan dampak belajar yang berupa kualitas belajar, yang akan dikaji oleh peneliti.

Hakikat Belajar.

Menurut William James, John Dewey, James cartel dan Edward (dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat. Muhibbin (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1- 3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Simpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa belajar merupakan perubahan perilaku dari yang semula tidak tahu menjadi tahu dan dalam perubahan perilaku yang terjadi itu akan menimbulkan reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.

Hakikat Pembelajaran.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran (Winataputra. 2008: 1.18)

Pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran (Isjoni. 2010: 13)

Sehingga dapat disimpulkan hakikat pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses belajar dan mengajar dimana terjadi komunikasi yang berarti menghasilkan respon antara siswa dengan guru dengan siswa sebagai pusat pembelajaran dan menghasilkan perubahan perilaku

Keterampilan Dasar Mengajar.

Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”.

Menurut hasil penelitian Turney (dalam Winataputra dkk, 2004: 7.2), terdapat 8 keterampilan dasar keberhasilan pembelajaran, yaitu:

1)Keterampilan Bertanya

G. A. Brown dan R. Edmondson (dalam Winataputra,dkk, 2004: 7.7) mendefinisikan pertanyaan sebagai segala pernyataan yang yang menginginkan tanggapan verbal (lisan). Kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru tidak semata untuk memperoleh informasi dari siswa, tetapi meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi.

2)Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalan respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku/perbuatan yang dianggap baik tersebut. Penguatan diberikan dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif, menumbuhkan rasa percaya diri, serta memelihara iklim kelas yang kondusif.

3) Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan, meningkatkan motivasi dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

4) Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan menyajikan bahan belajaran yang diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah dipahami siswa. Seorang guru dalam menjelaskan hendaknya menyiapkan dan menguasai bahan, menjelaskan dengan bahasa sederhana dan jelas, memberikan contoh, serta menyimpulkan dan mengecek pemahaman siswa.

5) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam menerima pelajaran sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Tujuan membuka pelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran sedangkan menutup pelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran, disamping itu juga untuk memantapkan penguasaan siswa pada inti pelajaran.

6) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Guru perlu menguasai keterampilan ini karena diskusi mempunyai peran khusus dalam pencapaian tujuan pendidikan yang bersifat pembentukan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan.

7) Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar-mengajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal sangat menentuka berhasilnya kegiatan pembelajaran. komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari keterampilan yang bersifat preventif dan keterampilan yang bersifat represif.

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.

Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang setiap kelompok, sedangkan keterampilan mengajar perorangan merupakan kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar,

prosedur, dan waktu yang digunakan dalam pembelajaran dengan memperhatikan tuntutan atau perbedaan individual peserta didik. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki oleh guru untuk dapat melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa “aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan dan memecahkan masalah”.

Menurut Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2011: 99) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

Visual activities (aktivitas melihat), yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

Oral activities (aktivitas lisan) seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

Listening activities (aktivitas mendengarkan), sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

Writing activities (aktivitas menulis), misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

Motor activities (aktivitas motorik), yang termasuk di dalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

Mental activities (aktivitas mental), sebagai contoh misalnya, menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

motional activities (aktivitas emosi), seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa untuk mengolah pengalaman dengan praktik mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan dan memecahkan masalah.

Hasil Belajar

Menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2011: 22), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap- sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,hasil belajar berupa hal-hal berikut: (a) informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis,

(b) keterampilan intelaktual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang,

(c) strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya,

(d) keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehinga terwujud otomatisme gerak jasmani, dan

(e) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Benyamin S. Bloom (Anni, 2009:7-13) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ranah Kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Sekitar tahun 1990 murid Benjamin Bloom yaitu Lorin Anderson dan David Krathwohl merevisi Taksonomi Bloom pada domain kognitif dan revisinya diterbitkan tahun 2001. Ranah kognitif revisi Bloom mencakup kategori berikut:

Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

Pemahaman (comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran dan melalui mengestimasikan kecenderungan masa depan.

Penerapan (application)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit.

Analisis (analysis)

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

Penilaian (evaluation)

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu. Keputusan itu didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu mungkin berupa kriteria internal (organisasi) atau kriteria eksternal (relevansi terhadap tujuan) dan pembelajar dapat menetapkan kriteria sendiri.

Penciptaan (creation)

Penciptaan mengacu pada kemampuan menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru.

 

Gambar 2.1

Bagan Taksonomi Bloom Revisi

……bersambung……..

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *