GROBOGAN – WARTA JAVAINDO,
Oleh : Tri Oktiana Endah Pratiwi. Guru SMA N 1 Purwodadi.
email: pratiwiendah1989@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi QS. Al-Ma’idah : 48 terutama menganalisis tentang berbagai permasalahan seputar Meraih Kesuksesan dengan Kompetisi dalam Kebaikan. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Purwodadi pokok bahasan berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja. Hal ini dapat dilihat pada post test siklus I siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 6 siswa dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 30 siswa (83 %) dengan rata- rata kelas 80,36%. Sedangkan nilai post test pada siklus II siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 0 siswa (0%) dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 36 siswa (100%), dengan rata-rata kelas 93,21% . Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan presentase ketuntasan 100%. Hal ini berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah terpenuhi yaitu 70. Hasil temuan penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model pembelajaran problem based learning.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN.
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan nasional semakin mengalami kemajuan, pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan nasional barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun masyarakat,serta mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional.
Untuk tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut, telah ditempuh berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan.
Dewasa, ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, mendorong eksplorasi member pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir siswa (Dimyati, 2006:116).
Penggunaan media dan metode pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Hamalik (2001:32) juga menyatakan bahwa, “untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran, di sekolah perlu digunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat”.
Berdasarkan pendapat teersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, dan mengefektifkan komunikasi interaksi guru dan siswa menggunakan metode diskusi dengan media pembelajaran yang tepat.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penerapan metode diskuis dan penggunaan media belum tampak diterapkan secara optimal. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan guru pada saat mengajar. Guru hanya menggunakan buku pegangan yang ada dan hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa menggunakan media yang sesuai dengan materi. Akibatnya keaktifan, partisipasi, dan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Keaktifan dan hasil belajar siswa yang rendah, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti merupakan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan dalam kegaiatan pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa aspek. Ditinjau dari aspek siswa, yang mempengaruhi hasil belajar muncul dari factor internal dan eksternal. Menurut (Dimyati, 2006:200) “faktor internal siswa meliputi sikap terhadap belajar, motivasi berprestasi, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa, sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru, sarana dan prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan social, dan kurikulum sekolah”.
Karena rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X fase E khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti, maka dilaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) denga judul: Penerapan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi QS. Al-Ma’idah: 48, pada fase E kelas X SMA N 1 Purwodadi. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara. Dengan menerapkan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMA N 1 Purwodadi kelas X fase E khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari praktik pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian Kemmis danTaggart. Desain penelitian dengan model dari Kemmis dan Taggart berupa suatu siklus spiral. Pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan yang meliputi tahapan-tahapan rancangan pada setiap putarannya, yaitu:
(1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Desain penelitian berupa gambar yang tahapannya menggunakan prosedur kerja Kemmis dan Mc. Taggart dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Siklus spiral dari tahap model PTK Kemmis dan Mc. Taggar
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada penelitian ini yakni dengan membandingkan persentase ketuntasan belajar setiap siklus. Sedangkan persentase ketuntasan belajar dihitung dengan cara membandingkan jumlah peserta didik yang tuntas belajar dengan jumlah peserta didik secara keseluruhan kemudian dikalikan 100%.
HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus. Siklus meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Apabila kriteria keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Rancangan penelitian akan dilaksanakan meliputi 4 tahapan utama dalam tiap siklusnya, yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dimana proses penelitian dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran problem based learning di Fase E kelas X SMA N I Purwodadi, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil-hasil temuan dari proses pelaksanaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I atau dilanjutkan pada siklus II begitu seterusnya.
Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan tahap tindakan ini dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu, kegiatan Pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada siklus I ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan 1 kali pertemuan. Alokasi waktu 3 JP peneliti gunakan untuk menjelaskan materi, QS.Al-Ma`idah ayat 48. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada pelaksanaan penelitian siklus I ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Pada kegiatan pendahuluan, peneliti mengucapkan salam terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama-sama. Setelah selesai berdoa peneliti mengabsen siswa dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memastikan materi prasyarat sudah dikuasai siswa.
Pada kegiatan inti peneliti menjelaskan secara detail tentang dasar Bekompetisi dalam kebaikan dalam QS. Al`maidah ayat 48. Setelah peneliti menyampaikan keseluruhan materi, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan kasus yang diberikan. Pada kegiatan akhir, peneliti melakukan tes akhir (post tes) untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Untuk mengerjakan soal tes peneliti memberikan waktu 15 menit. Setelah waktu mengerjakan habis, penelitimenyuruh siswa mengumpulkan lembar jawaban mereka ke depan. Selanjutnya, peneliti mengakhiri pembelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam. Berikut hasil rekapitulasi ketuntasan belajar siswa siklus 1:
(Tabel 4.1. Hasil Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I:)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I bahwa nilai rata-rata siswa 80,36 % dengan perincian siswa yang tuntas sebanyak 83
% (30 siswa) dan siswa yang tidak tuntas 17 % (6 siswa). Pada presentase ketuntasan
belajar siswa kelas X pada siklus I dapat diketahui bahwa, hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum belajar yaitu 70 % dari jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai 70. Untuk itu peneliti perlu melanjutkan ke siklus II untuk membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkanhasil belajar siswa kelas X.
Selanjutnya Siklus ke II ini dilaksanakan setelah adanya refleksi dan perbaikan pada siklus I. Pada siklus ke II dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 JP.Sama dengan siklus I, siklus ke II terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus II kegiatan yang dilakukan sama seperti kegiatan pada siklus I. Pada siklus ke II ini Sebelum melaksanakan pembelajaran peneliti terlebih dahulu membuat Modul ajar sebagai acuan dalam mengajar. Pada kegiatan awal peneliti mengkondisikan siswa terlebih dahulu agar siap menerima pelajaran. Setelah siswa siap, peneliti mengucapkan salam setelah itu dilanjutkan dengan mengabsen siswa, serta menyampaikan tujuanpembelajaran agar siswa memiliki gambaran secara umum tentang materi yang akan dipelajari. Pada siklus II ini peneliti masih menggunakan metode pemecahan kasus karena dapat membuat siswa lebih asyik dan lebih aktif dalam memahami materi pelajaran. Peneliti juga menyuruh siswa agar bersungguh-sungguh ketika membaca dan memahami materi pelajaran yang ada di buku paket/ handout sebelum penerapan Problem Based Learning dimulai. Hal ini bertujuan agar siswadapat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti ketika siswa memegang tongkat paling akhir. Pada kegiatan inti ini peneliti menjelaskan secara detail Bekompetisi dalam kebaikan dalam QS. Al ma`idah ayat 48. Setelah peneliti menyampaikan keseluruhan materi, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan kasus yang diberikan oleh peneliti.
Setelah peneliti merasa siswa sudah memahami materi pelajaran, peneliti memberikan tes akhir (post test). Peneliti memberi waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal selama 15 menit. Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal, peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka ke depan. Setelah semua siswa mengumpulkan lembar jawaban, peneliti memberikan kesimpulan dan penguatan materi yang baru saja dipelajari. Selanjutnya peneliti mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam. Pada siklus II ini siswa lebih bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Kebanyakan dari siswa mampu menjawab pertanyaan yangdiajukan peneliti dengan benar, walaupun masih ada yang kesulitan menjawab pertanyaan dari peneliti. Berikut rekapitulasi ketuntasan belajar siswa siklus II sebagai berikut:
(Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II)
Berdasarkan presentase ketuntasan dapat diketahui pada siklus II siswa kelas X mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%, dan sudah di atas kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan.Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kelas X SMA N I Purwodadi. Pada siklus I dan siklus II tahapan-tahapan telah dilaksanakan dengan baiksehingga memberikan dampak dan perbaikan positif pada diri siswa. Siswa menjadi lebih aktif, nilai siswa menjadi meningkat serta siswa lebih antusiasdalam mengikuti pembelajaran di kelas, Dengan demikian penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan agama Islam siswa kelas X SMA N I Purwodadi. Peningkatan hasil belajar disajikan dalam tabel berikut :
(Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II)
Dengan demikian, penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan agama Islam Kelas X SMA N 1 Purwodadi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari post test siklus I, dan post test siklus II.
Pada post test siklus I siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 6 siswa (17%) dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 30 siswa (83%) dengan rata- rata kelas 80,36%. Sedangkan nilai post test pada siklus II siswa yangmemperoleh nilai
<70 sebanyak 0 siswa (0%) dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 36 siswa (100%), dengan rata-rata kelas 93,21%. Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan presentase ketuntasan 100%. Hal ini berdasarkan kriteria ketuntasan minimum
yang telah terpenuhi yaitu 70. Dengan demikian peneliti bisa mengakhiri penelitian, karena hasil belajar siswa sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan hasil post test siklus II siswa lebih mudah memahami materi pelajaran, hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Selain itu juga memberikan perbaikan positif dalam diri siswa. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih, misalnya siswa yang semula pasif dalam belajar menjadi lebih aktif serta siswa lebih percaya diri dalam mengerjakan soal. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan agama Islam siswa kelas X SMA N I Purwodadi .
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N I Purwodadi pokok bahasan berkompetisi dalammkebaikan dan etos kerja. Hal ini dapat dilihat pada post test siklus I siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 6 siswa (17%) dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 30 siswa (83%) dengan rata-rata kelas 80,36%. Sedangkan nilai post test pada siklus II siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 0 siswa (0%) dan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 36 siswa (100%), dengan rata-rata kelas 93,21%. Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan presentase ketuntasan 100%. Hal ini berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah terpenuhi yaitu 70. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah. Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
—————
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori &Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013
Ahmad Mudzakir. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia. 2011
Anita Lie. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Gramedia. 2014
Arbiah, Arbiah. “Penerapan Strategi Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pendidikan Agama Islam”. Prosiding Pendidikan Profesi Guru Agama Islam (PPGAI). 2022
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara. 2009 Azizah, Zeni Nur. “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Berbantu Media
Kartu Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN 2 Lambu Kibang” GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2.2. 2022
Djamarah, dkk. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka cipta. 2013
Khofiyah, Siti. “Peningkatan motivasi belajar PAI melalui model make a match: Studi terhadap siswa SMPN 01 Kesesi, Pekalongan, Jawa Tengah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam 17.1. 2020
Miftahul Huda. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012
Moh.Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013
Muhibin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Mulyadi Syah. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2014
Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2013
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010
Rosyada. Paradigma Pendidikan Demokrasi, Jakarta: Prenada Media. 2011
Sulastri, Sri. “upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam mengenal malaikat dan tugas-tugasnya melalui model pembelajaran problem based learning di SD Negeri Sendang 01 Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.” Janacitta 3.2., 2020
Rusman. Model-model Pembe di lajaran Mengembangkan Profesional Guru Edisi Kedua, Jakarta: Rajawali. 2012
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur), Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012