0
0
JEPARA, WARTAJAVAINDO.COM – sudah sepantasnya wartawan harus menjalankan kode etik jurnalistik dalam bertugas dan berperilaku. Peristiwa yang sedang hangat soal mis komunikasi seorang oknum wartawan dengan pengusaha kafe di Glagah Wangi kawasan hutan mangrove adalah salah satu contoh buruk bahwa wartawan kurang memahami kode etik jurnalistik, bahkan mengunggah berita tersebut sampai tersebar di media sosial Facebook dengan tulisan tulisan yang memojokkan.
Dalam perkara ini citra wartawan sangat dipertaruhkan. Fungsi salah satu wartawan adalah mengedukasi masyarakat bukan menghakimi, hal ini perlu dipahami oleh wartawan dalam melaksanakan tugasnya agar citra wartawan tidak terkesan negatif.
Kehadiran media atau wartawan adalah sangat diperlukan untuk menyampaikan informasi atau sarana penyambung lidah, bukan mencari cari kesalahan atau seolah olah berkuasa. Sebagai insan pers atau wartawan memang dijamin kemerdekaan melakui Undang Undang pers no 40 tahun 1999 namun bukan berarti bisa melakukan kesewenang wenangan tetapi tetap patuh pada aturan kode etik jurnalistik.
Wartawan adalah profesi yang diharapkan mampu menjadi mitra pembangunan baik ideologi, politik, sosial dan budaya. Menjadi kontrol sosial bagi pemerintah dan pemangku kebijakan, legeslatif maupun yudikatif karena media adalah pilar demokrasi ke empat, jadi sangat penting dalam peran pembangunan. Lebih lebih dalam masyarakat, wartawan sangat dinanti kehadirannya dalam menyuarakan nasib rakyat yang dituangkan dalam pruduk jurnalistik.
Untuk itu peristiwa seperti di glagah wangi hutan mangrove tidak boleh terjadi lagi di tempat tempat lainnya agar wartawan selalu dinantikan oleh masyarakat dalam menyuarakan nasib mereka. Sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial. (Pewarta E John) Editor Raja
