DEMAK, WARTAJAVAINDO-Kabar duka kembali datang dari Kabupaten Demak. Masyarakat Kota Wali kembali kehilangan putra daerah terbaiknya. Kali ini kalangan tokoh agama
Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak, Kyai Haji Hanif Muslih Abdurrahman Qasidil Haq telah menghembuskan napas terakhirnya Kamis, (10/12/2020) sekira pukul 13.50 WIB siang. Almarhum meninggal di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Seorang santri beliau, Syamsul menuturkan, almarhum sudah mendetita sakit selama kurang lebih satu bulan. “Keadaan parah sudah satu atau dua minggu ini,” katanya keada wartawan di Semarang.
Dokter Masyhudi, M.Kes Direktur RSI Sulltan Agung Semarang dalam pesan singkatnya melai What Shap (WA) mengabarkan KH Hanif Muslih (Pengasuh Ponpes Futuhiyyah Mranggen Demak), wafat sekitar jam 13.50 di RSI SULTAN AGUNG Semarang.
“Kami yakin almarhum husnul khotimah, ahlul jannah amin2 YRA. Al-Fatihah” ungkap Masyhudi.
Berdasarkan informasi yang diketahuinya, rencana almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga Futuhiyayah Di Suburan, Mranggen.
Sebagimana diketahui bahwa Mbah Muslih, sapaan akrab KH. Muslih selama ini dikenal sebagai sosok yang menjadi panutan para kiai.
“Mbah Muslih itu istilahnya pathok gede (panutan utama). Saat itu, panutan utamanya selain KH. Muslih juga KH Hamid Pasuruan” imbuhnya.
“Kalau di Demak, panutan berikutnya (pathok cilik) adalah Mbah Kiai Jalal Suyuti dan Kiai Maksum Karanggawang,” terang Kiai Asyiq mengenang sosok KH. Muslih.
Sementara menurut H. Anwar Said, tokoh masyarakat di Demak pernah mengatakan bahwa Mbah Muslih adalah sosok yang sangat sabar dan tawakal, jika sakit tidak pernah mengeluh.
“Saya pernah dengar Mbah Muslih sakit kencing batu, lalu saya sowan. Beliau justru bilang tidak apa-apa. Padahal, batunya sebesar telur ayam,”ujarnya ketika memberi komentar saat launching buku mbah Hanif Muslih beberapa waktu lalu.
“Derita sakit beliau tersebut sudah dirasakan sejak pulang dari mondok, “Bayangkan, itu berarti sekitar 40 tahun sakit,” kata Anwar Said Anwar menambahkan.
Mbah Muslih juga selalu menghargai dan menghormati orang di sekitarnya. Termasuk para tamu yang ada.
“Kalau cerita lain yang saya alami adalah, ketika saya sowan Mbah Hamid Pasuruan, beliau bilang Mbah Muslih itu pakunya Pulau Jawa,” katanya. (02)
Pewarta : Wartawan WJI (Biro Demak), Editor : Bambang ST