6 Mei 2025

wartajavaindo.com

LUGAS | CEPAT | TERPERCAYA

22 Tahun Raja Ampat, Bangun Pasar Kosong Mbilim Kayam Dan Upaya Mendatangkan Pedagang Dari Sorong

0 0
Read Time:2 Minute, 52 Second

Oleh : Joris Stef Omkarsba

RAJA AMPAT, WARTAJAVAINDO – Tanggal 9 Mei 2003, ketika gubernur Jap P. Sollosa meresmikan kantor Bupati Raja Ampat menggunakan kantor distrik Waigeo Selatan yang sekarang distrik kota Waisai, perumahan AMD masih terbatas, kampung Waisai masih hutan, kantor Bupati Raja Ampat sementara masih berkedudukan di KM 8 Sorong, yang kemudian diputuskan menjadikan pulau Saonek sebagai pemerintahan sementara, namun berbagai masalah muncul mengganggu jalannya roda pemerintahan.

Caretaker Bupati Marcus Wanma kemudian memutar otak bagaimana caranya agar Waisai sebagai ibukota kabupaten Raja Ampat dapat berjalan sebagaimana layaknya. Fokus pembangunan fisik tertuju pada kantor Bupati baru dan barak pegawai agar ASN bisa tinggal dan bekerja. Ketika kedua hal itu teratasi kemudian muncul masalah baru lagi, bagaimana dengan kebutuhan para pegawai dan kebutuhan kerja kantor Bupati dan instansi lainnya ?

Pada suatu pertemuan di kantor Bupati Raja Ampat perwakilan Sorong tahun 2003, Bupati Marcus Wanma mengundang saya dan Ahmad Loji sebagai Ketua III dan Sekretaris Panitia Syukuran Peresmian kabupaten Raja Ampat untuk membahas hal ini. Saya dipercayakan untuk mengurus kebutuhan para pegawai baik makanan maupun kebutuhan lainnya, waktu itu tidak terpikirkan mendirikan pasar karena pegawainya masih sedikit.

Namun saya dengan latar belakang LSM Lingkungan Hidup menyadari kelemahan saya dan merekomendasikan Solihun Salim untuk mengemban tanggung jawab tersebut karena almarhum pada saat itu sudah memiliki pengalaman sebagai kontraktor dan juga berdagang.

Seiring berjalannya waktu, Bupati Wanma menggulirkan pikirannya untuk membuka pasar karena Waisai mulai ramai dengan pegawai dan mereka yang berurusan dengan pemerintah, termasuk akses dari kampung-kampung mulai terbuka, kebutuhan sandang, pangan dan papan mulai mendesak, pasar menjadi kebutuhan mendesak. Pasar harus segera didirikan, tapi siapa yang akan menjual disina ?

Drs. Marcus Wanma kemudian memantapkan keputusannnya, dia mendirikan pasar dan mengajak para pedagang di pasar remu Sorong untuk berjualan di Waisai. Menurut penuturan Pegylus Soor yang bertugas di Dinas Pendapatan Daerah dan juga memiliki banyak relasi disana, dia ditugaskan oleh Bupati Wanma untuk mendata pedagang di Sorong yang hendak jualan di Waisai dan diakomodir oleh pemerintah daerah. Hingga lahirlah pasar Mbilim Kayam dan kompleks perdagangan Waisai saat ini.

Seiring pertumbuhan dan pertambahan penduduk kota Waisai, pasar Mbilim Kayam semakin merengsek ke kawasan pantai WTC yang kemudian menjadi daerah kumuh dan akan segera dipindahkan ke pasar Snon Bukor Swaembon. Namun muncul gejolak, para pedagang diisukan dengan dagangan tidak laku karena tidak ada yang membeli.

Jika ditengok ke belakang awal berdirinya pasar, pemerintah mendirikan pasar dan mencari penjual untuk berdagang diMbilim Kayam dan upaya Bupati Wanma berjalan dengan baik bahkan kini lokasi tersebut tidak mampu menampung para pedagang. Tetapi sekarang pasar disiapkan dan penjual menolak direlokasi. Jika diisukan berjualan di pasar Snon Bukor tidak ada pembeli yang datang maka hal tersebut tidak berdasar karena pasar merupakan tempat bertemu antara permintaan dan penawaran atau penjual dan pembeli.

Belajarlah dari masa lalu untuk menentukan posisi dan mengambil keputusan untuk hal yang sama di masa depan, jika dulu Bupati Wanma berpikir tidak ada yang menjual di pasar Mbilim Kayam maka hari ini tidak ada cerita pasar Mbilim Kayam. Jika hari ini pasar Snon Bukor masih kosong dan pedagang Mbilim Kayam tidak mau direlokasi maka akan ada banyak pedagang baru berjualan disana bahkan 22 tahun akan datang tentu akan penuh sesak dan dibangun pasar modern bertingkat.

Anda mau direlokasi dan memperoleh kesempatan berusaha di pasar Snon Bukor atau anda akan terpinggirkan oleh jaman dan menjadi penonton karena kehilangan haknya ?

Penulis adalah saksi sejarah yang mendengar langsung diskusi dari Bupati Raja Ampat Drs.Marcus Wanma M.Si dan ibu Salomina Sokoy pada masa sulit ketika itu

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Bagikan :

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *