22 Tahun Raja Ampat, Bangkit, Produktif Menuju Masyarakat Sejahtera ; Antara Harapan, Kenyataan Dan Mimpi

Oleh : Joris Stef Omkarsba
RAJA AMPAT, WARTAJAVAINDO –
Raja Ampat diresmikan pada 12 April 2003, kini kabupaten ribuan pulau ini berusia 22 tahun dan akan dirayakan pada 9 Mei 2025 dalam bentuk lomba olahraga, seni dan budaya, kebersihan, serta dialog pembangunan. Belum terlalu banyak informasi yang diperoleh terkait momentum ini yang berkaitan dengan tema, target yang ingin dicapai, sasarannya apa dan siapa, dialog pembangunan tentang apa, siapa nara sumber dan pesertanya, tujuan dan apa yang ingin dicapai dari dialog tersebut.
Secara pribadi dan orang yang terlibat dalam pendirian kabupaten ini bersama para sesepuh 25 tahun lalu, dan sebagai bentuk kontribusi nyata mengisi HUT Raja Ampat Ke 22, saya memberikan sumbangsih pikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan berseri yang dimuat selama seminggu dengan tema 22 Tahun Raja Ampat kaitannya dengan slogan HUT Raja Ampat ” Bangkit, Produktif Dan Sejahtera “.
Tulisan dengan judul ” 22 Tahun Raja Ampat, Bangkit, Produktif Menuju Masyarakat Sejahtera ; Antara Harapan, Kenyataan Dan Mimpi ” terdiri dari tiga bagian penting yakni 1. Usia Raja Ampat yang telah memasuki 22 tahun, 2. Tema Bangkit, Produktif dan Sejahtera dan, 3. Alasan kenapa kabupaten Raja Ampat dibentuk, harapan apa yang ingin dicapai para pendiri , kenyataan apa yang terjadi setelah 20 tahun dan mimpi apa yang sedang dihayalkan 5 – 10 tahun ke depan.
Berpijak dari perjalanan Raja Ampat selama 22 tahun, perlu ada sebuah evaluasi total masyarakat terhadap hadirnya pemerintah kabupaten Raja Ampat untuk mereka, harapan para pendiri dan kenyataan yang terjadi selama 22 tahun apakah sudah memenuhi harapan pada pendiri dan cita-cita menjadikan masyarakat Raja Ampat tuan di negeri sendiri ?
Antara harapan dan kenyataan yang terjadi pada semua bidang kehidupan ; Pariwisata, Perikanan, Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Adat dan Budaya, Agama, Perempuan, Persampahan, Transportasi, ketenagakerjaan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan masih banyak lagi.
Hingga tulisan ini dimuat, belum terkonfirmasi apakah tema HUT yang diusung adalah tema atau slogan yang dihubungkan dengan visi ORMAS Bangkit, Produktif dan Sejahtera. Jika memang memiliki korelasi dengan visi ORMAS maka visi tersebut masih merupakan mimpi yang harus diwujudkan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, dan hasil yang dicapai baru akan terlihat pada tahun 2030, berhasil atau tidak akan ditentukan oleh ORMAS dan perangkat kerja daerah serta perwakilan rakyat di DPRK Raja Ampat melalui fungsi Legislasi, Budgeting dan Controling selama 2025-2030.
Walaupun belum ada sebuah evaluasi secara akademik melalui forum ilmiah yang menyatakan keberhasilan dan kegagalan pembangunan Raja Ampat selama 22 tahun, namun beberapa fakta memberikan indikasi bahwa antara harapan dan kenyataan pembangunan selama 22 tahun, sejak 9 Mei 2003 – 9 Mei 2025, harapan para pendiri sepenuhnya belum terwujud, ibukota kabupaten menjadi kota kecil terkotor di Indonesia, pariwisata,lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, ekonomi, IPM dan sejumlah sektor mengalami penurunan kualitas.
Menurunnya kualitas pembangunan Raja Ampat telah melahirkan kata bangkit dalam momentum 22 tahun Raja Ampat yang memiliki banyak makna positif baik filosofis, psikologis dan idealis. Bangkit dari tidur panjang, bangkit dari keterpurukan, bangkit dari rasa malas, bangkit dari berbagai macam masalah yang menimpa masyarakat Raja Ampat selama 22 tahun.
Mengedepankan kata produktif menuju masyarakat Raja Ampat sejahtera membutuhkan kerja keras dengan melahirkan produk produk nyata pada berbagai bidang kehidupan dengan indikator indikator yang terukur apalagi adanya efisiensi anggaran dan keterbatasan waktu selama 4 tahun kerja normal. Akankah mimpi itu terwujud ?
Pengantar ini kiranya dapat memberi informasi awal untuk tulisan berseri selanjutnya untuk memperoleh pengertian utuh tentang evaluasi perjalanan 22 tahun Raja Ampat dan hubungannya dengan momentum kebangkitan Raja Ampat di usia 22 tahun.
“Antara harapan, kenyataan dan mimpi”
(Penulis adalah mantan Ketua FK-GEMURA dan Ketua III Panitia Syukuran Peresmian Kabupaten Raja Ampat 9 Mei 2003 yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan di kampung Waisai.)